Part 27

89 8 10
                                    

Matahari bersinar di ufuk timur, namun hanya temaram ditutup kabut. Pagi hari yang suram.

Olive bersiap untuk turun dari mobilnya. Kini ia telah berada di tempat parkir Cafe. Semalam Carol memintanya untuk datang ke Zoe's café karna ada hal yang ingin dibicarakan lagi setelah kejadian teror beberapa hari yang lalu.

Kemudian Olive berjalan dengan mengapit sebuah ponsel diantara telinga dan pundak kirinya.

"Jadi kau mendapat pesan dari nomor tidak dikenal yang mengaku sebagai Aleena?" Olive berdecak pelan, "tidak mungkin Hamish, Aleena tidak begitu."

Hamish mendengus, "tapi itu kenyataannya. Aku tidak tenang, dan semalam suntuk aku tidak tidur." Hamish berusaha untuk mengontrol dirinya, "sebentar, akan ku kirimkan pesannya. Kau lihat sendiri!"

"WHAT!?" Olive melotot

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"WHAT!?" Olive melotot. Ia sudah sampai di depan pintu Cafe, tidak ada siapapun disini, Karna cafe tutup untuk sementara. Ia melangkah menuju ruang pribadi Aleena sebelum menemui Carol.

"I don't believe it!" Suara olive meninggi, "aku juga tidak tau harus bagaimana, tapi..."

Tidak ada jawaban apapun dari Hamish.

"Hamish? Kau masih disana?"

"Yeah. Tapi?"

"Kau fokus dulu pada pertandinganmu. Setelah itu, kita selidiki bersama. Okay?"

Hamish mematikan panggilannya secara sepihak. Olive mendelik mengangkat kedua pundaknya, "lihatlah! Dia pasti balas dendam dengan memutuskan panggilannya begitu saja!"

***

Pukul sebelas malam. Alana menyesap minumannya pelan. Di sampingnya kini, Alicia sudah tertidur pulas dengan memeluk sebuah boneka kesayangannya.

Alana kemudian berdiri memandang langit gelap di luar sana. Ia mengibaskan rambutnya, lalu senyum puas terpancar dari wajahnya ketika mengingat rencananya bersama Alex kemarin berjalan dengan lancar.


Sore itu, ketika ia selesai observasi kebun, Alana dan Alex bertemu di sebuah cafe yang tidak jauh dari perkebunan tempatnya melakukan Observasi.

Ketika Alana sudah mencapai pintu depan café, terlihat Alex sudah menunggu di salah satu meja dekat jendela.

Lalu mereka duduk berhadapan dengan wajah serius.

Alana menyapukan pandangannya ke segala penjuru ruangan, memastikan tidak ada orang yang mereka kenal di café ini. Setelah semuanya aman, barulah ia memulai pembicaraan.

Twenty Two From LondonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora