Part 18

54 10 3
                                    

Zaina tersenyum samar di ruang kamarnya. Ia kembali mengingat kejadian sewaktu dirinya, Hamish, dan Elzam jalan-jalan bersepeda bersama-sama. Hingga tiba-tiba Zaina terjatuh.

Sore hari. Akhirnya Hamish, Zaina, dan Elzam berkeliling kota dengan bersepeda. Mereka pergi ke alun-alun kota Delft yang menjadi pusat ikon para wisatawan karena adanya New church atau gereja baru berdiri megah dan tegak menjulang di tengah-tengah pasar dan alun-alun kota Delft. Gereja yang bergaya klasik ini memang memiliki sebuah menara lonceng setinggi 108 meter yang dibangun pada abad ke-17.

Karena sore hari, maka cukup ramai. Apalagi ini akhir pekan banyak para pasangan dan keluarga pergi ke alun-alun kota Delft ini.

"Paman, aku ingin melihat tarian itu." Ucap Elzam pada Hamish sambil menunjuk sebuah tarian yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Hamish melirik kearah Zaina. Zaina yang juga sedang memandang Hamish menjadikan pandangan mereka beradu.

"Kenapa?" Tanya Zaina.

"Mau lihat tarian itu juga?" Hamish balik bertanya.

"Boleh," Zaina tersenyum.

"Yasudah, kita parkir sepeda dulu disini." Ucap Hamish pada Zaina dan Elzam.

Mereka pun memarkirkan sepeda di tempat yang sudah di siapkan.

Tarian yang dimaksud oleh Elzam adalah tarian Kecak yang berasal dari Bali, Indonesia. Yeah, seringkali di akhir pekan alun-alun kota Delft mengadakan tarian dari berbagai negara. Dan pekan ini perwakilan dari negara Indonesia yaitu tari kecak.

Elzam terlihat begitu excited melihat tarian tersebut. Ia bertepuk tangan dengan heboh setelah kurang lebih 20 menit tarian itu berlangsung.

"Bagus banget ya aunty, tariannya. Aku baru melihat nya." Ucap Elzam pada Zaina.

"Ya, tari kecak memang bagus. Apalagi jika Elzam melihat langsung dari tempat asalnya. Elzam pasti langsung jatuh cinta." Zaina tersenyum sembari melihat Elzam.

"Emang dari mana asalnya tari Kecak itu? Apakah jauh dari sini?" Tanya Elzam dengan wajah polosnya.

"Tari kecak itu berasal dari Indonesia. Tepat nya dari daerah Bali. Jauh banget, kalau dari sini harus terbang dulu naik pesawat,"

"Indonesia? Aunty Zaina pernah kesana? Apa benar indah sekali ya?" Tanya Elzam lagi.

"Pernah. Waktu ayahnya aunty sedang ada kerjaan disana. Ya, siapapun yang datang kesana pasti langsung jatuh cinta."

"Wah, paman kapan-kapan kita kesana ya." Mata Elzam langsung tertuju pada Hamish.

"Tapi tarian dari Morocco juga nggak kalah bagus lho aunty. Bahkan, paman Hamish juga suka menari dengan nenek,"

"Oh, ya? Benarkah begitu?" Zaina tertawa pelan, kemudian matanya melirik pada Hamish. Hamish memandang tajam pada Elzam yang sedang tertawa terbahak-bahak.

"Kita lanjut jalan-jalan lagi." Ucap Hamish akhirnya. Ia membalikkan badannya kemudian berjalan.

"Huh! Dasar paman!" Elzam menggerutu sambil berjalan mengikuti Hamish.

Jalanan sore ini sangat ramai oleh berbagai macam manusia dari berbagai penjuru dunia.

Mereka berjalan diantara keramaian itu. Untuk beberapa saat, tidak ada yang bersuara, baik Zaina, Hamish, ataupun Elzam. Hingga terlihat di sebelah kanan mereka, sebuah kedai Ice cream yang membuat mata Elzam berbinar.

Twenty Two From LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang