Langkah Jeno tergesa-gesa di lorong rumah sakit. Beberapa waktu yang lalu tepat nya pukul 10:00 pagi waktu London, Jeno mendapat telpon dari pihak rumah sakit bahwa Jeremy korban penusukan yang harus segera di operasi lantaran ususnya robek.
Niat nya pagi ini mereka akan terbang ke Morocco untuk hadir di pertandingan Hamish. Namun, musibah tidak ada yang tahu. Jeremy terkena penusukan saat ia baru keluar dari apartement nya untuk menjemput Jeno. Kejadiannya pun sangat cepat. Jeno pun berpikir keras. Siapa orang yang tiba-tiba nusuk Jeremy? Walaupun Jeno terkadang dibuat kesal setengah mati lantaran sikap Jeremy yang selengekan, tetapi Jeremy adalah sohib gila nya bersama Hamish.
Kini, Jeno sedang terduduk di ruang tunggu tepat di depan ruang operasi. Gagal sudah mereka untuk melihat pertandingan Hamish di sana.
***
Setelah dari cafe dan membuat strategi dengan Carol atas siapa dalang dibalik peneroran cafe, Olive berencana untuk mengintai Alana. Kini, Olive sudah di depan apartement milik Aleena.
Berbarengan dengan itu terlihat Alana sedikit terburu-buru masuk ke dalam mobilnya dan nampak mencurigakan gerak-geriknya menurut penglihatan Olive. Olive pun langsung menjalankan mobilnya dan mengikuti mobil milik Alana tersebut.
"Gue nggak tau masalah kalian berdua apa. Tapi yang pasti gue nggak bakal tinggal diem kalo itu semua menyangkut Aleena. Karena Aleena udah gue anggap sebagai saudara dan gue nggak bakal biarin Alana atau pun orang lain melukai Aleena." ucap Olive sambil fokus menyetir dengan serius. Kali ini ia tidak boleh kehilangan jejak Alana.
***
Selama kurang lebih tiga jam berjalannya operasi, kini Jeremy di pindahkan ke ruang inap. Jeremy pun sudah sadar pasca operasi. Dan kini Jeremy dengan tingkah aneh nya meminta untuk tetap hadir di pertandingan Hamish yang tentunya di tolak mentah-mentah oleh Jeno.
"Sekali enggak, ya enggak bodoh. Lo abis sekarat dengan enteng nya lo minta tetep dateng? Enggak ya Jer. Kali ini permintaan lo nggak gue kabulin." ucap Jeno yang sudah jengah atas kerandoman Jeremy.
"Ck, gue udah sehat kali. Ayolah kasih Hamish semangat. Kalo bukan kita berdua siapa lagi yang nyemangatin dia?" sahut Jeremy yang tetep dengan pendiriannya.
"Tau gitu gue biarin lo mati aja. Ngerepotin sumpah," gerutu Jeno kesal.
"Jahat bener mulut lo ya. Ntar kalo gue mati beneran lo yang sedih." sahut Jeremy.
"Cih, mana ada! Udah nggak usah debat lagi. Nanti gue bicara sama dokter dulu kalo lo boleh keluar dari rumah sakit baru kita berangkat liat Hamish tanding." ucap Jeno membuat Jeremy tersenyum lebar.
"Aduh, baik nya abang Jeno. Jadi makin cinta," ucap Jeremy sambil mengedipkan sebelah matanya membuat Jeno mendengus.
"Lo beneran nggak tau siapa pelaku yang udah nusuk lo tiba-tiba?" tanya Jeno menyelidik.
"Dibilang gue mau jemput lo tiba-tiba ada ibu paruh baya minta pertolongan, ya sebagai sesama manusia yang paling baik sedunia gue tolongin lah. Mana tau gue itu orang bawa pisau," jelas Jeremy pada Jeno. Meyakinkan Jeno agar tidak bertanya lebih lanjut mengapa ia bisa tertusuk.
"Sorry Jen, gue cuma nggak mau temen-temen gue tau yang sebenernya." batin Jeremy.
***
Alana menghentikan mobil nya tepat di depan sebuah rumah yang jarak nya lumayan jauh dari apartement Aleena.
Olive mengernyitkan kening nya bingung. Alana mengunjungi rumah siapa? Yang Olive tahu di London baik Aleena dan Alana tidak memiliki keluarga yang tinggal di sini. Semua keluarga nya tinggal di Belanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Two From London
Romance"Ada apa? Kau dimarahi ibumu ya?" Tanya gadis kecil itu kepada Hamish. "Pergilah, aku ingin sendiri!" Bentak Hamish mengusirnya. Gadis itu tersenyum lalu memeluk Hamish. Ia lalu berkata. "jangan menyerah ya! Aku kehilangan semua orang didalam hidup...
