part 54

18 3 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Zaina menatap punggung Humaira yang telah jauh dari pandangannya. Zaina masih berdiam di tempatnya, kepalanya pening dengan keadaan sekarang. Hatinya berdenyut nyeri ketika kehadirannya tidak di harapkan.

"Astagfirullah." Zaina mengelus dadanya pelan.

Tak mau ambil pusing, Zaina berjalan menuju dapur. Membantu persiapan ulang tahun Humaira.

***

"Ma, siapa yang bersama Hamish? pacar?" Humaira penasaran akan sosok yang Hamish bawa ke rumah. Pasalnya, Hamish tidak pernah membawa perempuan ke rumah.

"Teman dekat." Aicha terkekeh.

Humaira menganggukkan kepalanya, "bukannya Mama menjodohkan Zaina dengan Hamish?"

Aicha menghentikan aktivitas memasaknya. Menatap Humaira lekat, "Mama memang sering bilang kepada Hamish agar segera menikah. Namun, Mama tidak bisa memaksa Hamish menikah dengan orang yang tidak dia sukai."

"Zaina, Mama hanya memperkenalkan kepada Hamish. Semua tergantung Hamish. Pernikahan bukan suatu hal yang mudah, kak. Separuh hidup kita di pertaruhkan dalam ikatan pernikahan."

Humaira terdiam, ketika hendak berbicara Zaina muncul dari pintu, "ada yang bisa di bantu?"

"Cuci daging ayam, Nak." Aicha berucap lembut kepada Zaina.

Zaina membalas senyum manis Aicha, "baik Bi."

Zaina menuju wastafel, mencuci daging ayam yang belum tersentuh. Dengan perasaan yang campur aduk, air mata Zaina mengalir lancang di pipinya.

"Separuh hidup kita di pertaruhkan dalam ikatan pernikahan."

Ucapan Aicha berdengung di telinga nya. Benar apa yang di katakan Aicha. Cinta saja tidak cukup untuk menjalin ikatan pernikahan. Jika Hamish dan dirinya di satukan dalam ikatan pernikahan, namun Hamish tidak mencintainya, apa Zaina siap?

Tatapan mata yang Hamish berikan kepada Aleena telah menunjukkan rasa cinta yang besar. Sedangkan kepada Zaina, hanya tatapan mata biasa.

Zaina mengusap air matanya, "tidak boleh menangis. Terkadang cinta tidak harus memiliki." Zaina menguatkan hatinya. Kemudian tersenyum manis, dan melanjutkan kegiatannya.

***

"Aunty cantik sekali." Elzam memuji kecantikan Aleena.

Aleena tersenyum manis, mencubit pipi gembul Elzam, "Masya Allah, Elzam juga tampan."

"Astagfirullah, Elzam lupa aunty. Elzam terlena dalam kecantikan aunty."

"Oi, masih kecil udah jago gombal." Hamish masuk kedalam kamar tamu. Menjitak kepala Elzam dengan pelan. Elzam merengut sebal.

"Heh, ngapain paman kesini? Istirahat sana!" Usir Elzam .

Aleena terkekeh melihat interaksi Elzam dan Hamish, "sudah jangan berantem."

"Kita tidak mau berantem aunty."

"Lalu?" Celetuk Hamish.

"Hanya ingin menyepak Paman." Elzam berbicara dengan santai.

Aleena tercengang mendengar ucapan Elzam, sedangkan Hamish menatap jengah kelakuan Elzam.

"Leena, istirahat terlebih dahulu. Kita habis perjalanan jauh." Hamish berucap lembut kepada Aleena.

Mendengar ucapan Hamish yang lembut kepada Aleena, Elzam mencibir, "Leena, istirihit terlibih dihili. kiti hibis pirjilinin jiih."

"Diam lo! Pergi sana!" Usir Hamish.

"Lo juga pergi bro! Biar aunty Aleena bisa istirahat." Sahut Elzam.

"Lebih baik kalian berdua pergi." Usir Aleena.

"Fine!" Elzam dan Hamish berbicara bersamaan, sedangkan Aleena terkekeh ringan.

***

Setelah keluar dari kamar tamu, Hamish berniat menuju dapur untuk mengambil minuman dingin. Ketika sampai di dapur, alis Hamish berkerut, "kok sepi?"

"Mama? Kak Humey?" Panggil Hamish.

"Hamish? Ada perlu apa?" Suara dari belakang punggung Hamish mengalihkan pandangan Hamish.

"Zaina?"

"Ya?"

"Dimana Mama dan kak Humey?" Tanya Hamish penasaran.

"Sedang ke supermarket, ada bahan yang belum terbeli." Sahut Zaina.

Hamish yang mendapat peluang, tersenyum dalam hati. Hamish tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Zaina, bisa kita berbicara?"

Hati Zaina berdegup kencang, apa yang akan Hamish katakan padanya? Apa Hamish akan berbicara secara langsung kalau dia tidak mencintai dirinya?

"Ya Allah, jika memang Hamish akan berbicara langsung. Kuatkan hati hamba, jangan sampai air mata hamba menetes." Ucap Zaina dalam hati.

____________________________________________________________________________

Bagaimana dengan part ini?

Spam komen dan vote sebanyak-banyaknya ya!

Terimakasih ❤

Twenty Two From LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang