Part 46

13 5 3
                                    

Setelah memastikan Aleena telah masuk ke dalam apartementnya. Hamish menginjak pedal gas mobilnya meninggalkan Flowers Apartement. Hamish tersenyum, ketika bayangan dirinya dan Aleena bernyanyi bersama.

"You belong with me?" Hamish bertanya-tanya dalam hatinya.

Sebuah senyuman manis terpatri di wajahnya. Namun, bayangan Aleena bersama Alex muncul. Layaknya kaset yang berputar mengulang kejadian lampau. Senyum manis yang terukir kini harus pupus, digantikan dengan senyum masam yang terukir di wajahnya.

Hamish tidak percaya diri sekarang. Kenapa? Bukankah Aleena dan Alex berbeda keyakinan? Menghela napasnya pelan. Kemudian melirik ke arah kursi penumpang disampingnya. Apa suatu saat nanti dia bisa selalu bersama Aleena?

Melirik kaca spion depan mobil, matanya menangkap sebuah paper bag berwarna putih di kursi belakang. Hamish menepikan mobilnya, kemudian ia mengambil paper bag berwarna putih. Mendudukan paper bag tersebut ke dalam pangkuannya.

"Shit! Gue lupa!" Desisnya pelan.

Mengembalikan paper bag tersebut ke tampat semula. Menyalakan mesin mobilnya dan menginjak pedal gasnya. Hamish berbalik arah, kembali menuju apartemen Aleena.

Sepanjang perjalanan menuju apartemen Aleena. Lagu When She Loved Me - Sarah McLachlan menggema di mobil Hamish. Lagu tersebut mewakili perasaan Hamish sekarang. Tatapan Aleena ketika pertama kali mereka bertemu disebuah taman yang sepi. Dekapan hangat yang Aleena berikan padanya, kalimat yang terlontar dari mulutnya yang menjadi semangat Hamish sampai sekarang.

Hamish bersenandung mengikuti irama musik. Menghayati setiap lirik yang beralun merdu di telinganya. Cinta sebuah anugerah. Cinta tidak bisa dipaksa. Cinta sebuah komitmen hati yang harus sejalan, satu tujuan dan satu perasaan. Cinta tidak bisa bertolak belakang, jika memang cinta bertolak belakang maka hal yang akan terjadi adalah sebuah kegagalan.

Hamish telah sampai di Flowers Apartement. Memarkir mobilnya, berjalan keluar menuju bagian resepsionis. Resepsionis yang melihat kehadiran Hamish tersenyum ramah kepadanya.

"Selamat Malam, ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis.

"Unit atas nama Aleena..."

"Sial, siapa nama lengkap Aleena?" Tanya Hamish dalam hati.

Hamish menghentikan ucapannya ketika dirinya tahu bahwa ia tidak mengenal nama lengkap Aleena. Hamish melihat resepsionis mengetik sebuah nama di layar komputernya. Semoga saja nama Aleena hanya satu di apartemen ini. Batin Hamish.

"Aleena Magdalena, Sir?" Tanya resepsionis memastikan.

Hamish menggaruk kepalanya yang tidak gatal, senyum kaku terukir di wajahnya, "ada berapa nama Aleena?" Tanya Hamish.

"Ada lima, Sir." Sahut resepsionis.

"Sialan!" Teriak Hamish dalam hati.

Hamish mengangguk kepala, "boleh disebutkan siapa saja?" Pinta Hamish kepada resepsionis. Dan resepsionis mengiyakan keinginan Hamish.

"Aleena Magdalena,"

"Aleena Raquella Reiz,"

"Raflaela Maria Aleena,"

"Aleena Zoe Xynerva,"

"Aleena Zoe Teresaa,"

"Damn! Yang mana nama lengkap Aleena." Ucap Hamish dalam Hati.

Zoe. Ya, Olive sering memanggil Aleena dengan sebutan Zoe, tapi Zoe ada dua di sini. Hamish mengumpat dirinya sendiri yang tidak mengetahui nama lengkap Aleena.

Twenty Two From LondonWhere stories live. Discover now