Part 15

69 16 6
                                    

Keesokan harinya.

Hamish baru saja selesai mandi. Terdengar ketukan dari luar kamarnya.

"Nak, apa Mama boleh masuk?" Tanya Aïcha dari luar kamar Hamish.

"Iya Ma, masuk aja." Sahut Hamish.

Lalu, detik berikut nya Aicha masuk ke dalam kamar Hamish. Menghampiri Hamish yang sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Aicha pun langsung duduk di samping putra bungsu nya itu.

"Bagaimana Nak? Apa kamu sudah tertarik dengan Zaina? Lihat, dia sangat peduli dengan keluarga kita. Bahkan dia pun selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumah mama di sela waktu kuliahnya,"

"Hm, dia gadis yang baik."

"Ya, kamu benar. Zaina adalah gadis yang sangat baik. Maksud Mama, bagaimana perasaanmu nak? Apa sudah ada tanda-tanda kamu suka sama dia?" Desak Aicha.

"Ma, perasaan nggak bisa di paksakan. Lagi pula aku baru lihat dirinya semalam. Masa langsung jatuh cinta? Mama ada-ada aja,"

"Hah, ya sudah kalo begitu. Ayo keluar, Mama sudah memasakkan makanan kesukaanmu."

"Iya Ma,"

Lalu mereka pun keluar dari kamar Hamish dan menuju ruang makan yang sudah di penuhi oleh para kakak-kakaknya Hamish.

"Paman, lihat lah! Kakiku sudah sembuh loh berkat aunty Zaina. Elzam suka aunty Zaina. Bagaimana kalau kita ajak aunty Zaina jalan-jalan sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyembuhkan lukaku?" Ucap Elzam yang sangat berlebihan menurut Hamish.

"Elzam, lebih baik kau habiskan sarapanmu. Jangan goda Pamanmu," Ucap mommy Elzam.

"Iya, Mom." Sahut Elzam sambil menyuapkan sereal ke dalam mulutnya.

Sedangkan Hamish ia menikmati sarapannya dalam diam.

***

Sedangkan dikediaman Zaina sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Zaina kembali memutar memori nya tentang semalam. Dimana dirinya pertama kali bertemu dengan Hamish Ziyev secara langsung.

Ya, sebenarnya Zaina sedikit mengenal Hamish lantaran teman-temannya sangat mengagumi nya sejak World Cup. Tidak sedikit bahkan, hampir satu kelas nya pasti selalu membicarakan Hamish dan lebih parah nya lagi ada yang mengaku sebagai kekasih Hamish. Sungguh terlalu bukan?

Zaina jadi merasa orang terberuntung di dunia lantaran bisa kenal dengan Hamish lewat jalur mamanya. Andai saja waktu itu Zaina tidak menolong mama nya Hamish, pasti saat ini Zaina tidak pernah bertemu langsung padanya.

"Kata Bibi Aicha, Hamish sangat suka spaghetti. Apa aku bawakan saja ya? Sekalian mampir nanti setelah pulang dari kampus?" Tanya Zaina pada dirinya sendiri.

***

Di London, tepatnya di apartement milik Aleena. Aleena baru saja selesai sarapan dengan Olive.

"Hari ini nggak ada jadwal kuliah, kita hangout yuk. Udah lama kita nggak cuci mata ke mall," Ajak Olive sambil mencuci piring bekas mereka sarapan tadi.

Twenty Two From LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang