Part 29

57 18 43
                                    

Marrakesh, Maroko.

Pertandingan persahabatan antara Maroko dengan Brazil sebentar lagi akan dimulai. Para pemain kini telah terlihat memasuki lapangan. Suara teriakan dari para pendukung mulai bersorak ria menggema di stadion.

Lagu kebangsaan Maroko sedang di nyanyikan, baik pemain Maroko maupun penoton berlomba lomba menyuarakan suaranya. Setelah lagu kebangsaan Maroko, kini lagu kebangsaan Brazil di nyanyikan.

Kapten dari Maroko dan Brazil saling berjabatan tangan dan kemudian mereka mendengarkan intruksi dari wasit. Setelah itu, suara peluit pertanda pertandingan dimulai telah terdengar. Baik dari Maroko maupun Brazil menjaga wilayah mereka.

Pertandingan babak pertama terlihat sengit. Teriakan dari para pendukung menambah kesan semakin sengit.

Pada babak pertama ini, Maroko lebih unggul dari Brazil. Waktu permainan babak pertama sebentar lagi selesai. Suara peluit menggema, menandakan pertandingan babak pertama berakhir. Score sementara untuk Maroko 1 dan untuk Brazil 0.

"Wah... this game is very crazy!" Celetuk Jeremy.

Jeno menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas ucapan Jeremy. Benar, pertandingan kali ini sungguh gila. Baik dari Maroko maupun Brazil, mereka menggunakan tiki-taka yang sulit di tebak, dan juga permainan otot pun ada di pertandingan ini.

"Perut lo gimana, Jer?" Tanya Jeno khawatir.

"It's okay, but little hurt," Ucap Jeremy tersenyum. Ia tidak mau membuat teman-temannya khawatir terhadap dirinya.

Jeremy menyumpah serapahi Alex yang membuat dirinya seperti ini, dasar psikopat gila!

Peluit berbunyi kembali, menandakan babak kedua dimulai. Di babak kedua ini Hamish mencoba keberuntungannya. Mencoba menggiring bola menuju gawang. Namun, keberuntungan tidak lagi berpihak padanya.

Hamish memegang kepalanya, raut wajahnya kesal. Kemudian ia melihat pelatihnya mengacungkan ibu jarinya kepada Hamish sambil tersenyum.

Hamish dapat melihat bahwa pelatihnya mengucapkan "it's okay, Fighting!" Ucapan pelatih tersebut membuat Hamish semangat dan Hamish membalas ucapan tersebut dengan senyum manisnya. Hamish tidak perlu merasa bersalah, mungkin saja keberuntungan lagi tidak berpihak padanya.

Sorak gembira dari penonton menggema di stadion ketika Maroko menyetak gol untuk kedua kalinya. Brazil kini telah tertinggal 2 poin, sedangkan permainan babak kedua sebentar lagi berakhir.

Peluit berbunyi, menandakan pertandingan telah selasai. Sorak gembira dari pendukung Maroko menggema memenuhi stadion. Para pemain saling berpelukan satu sama lain.

Setelah itu, para pemain pergi meninggalkan lapangan. Menuju ruang ganti yang telah di siapkan oleh panitia.

Di jalan menuju ruang ganti, Hamish melihat Jeremy dan Jeno akan menghampirinnya. Alis Hamish berkerut, apa yang sebenarnya Jeremy alami? kenapa dia berjalan tertatih-tatih, dan jangan lupakan tangannya selalu memegangi perutnya.

"Congrats for you and your team bro!" Ucap Jeno dan kemudian memeluk Hamish.

"Congrats broski!" Ucap Jeremy dan kemudian memeluk Hamish.

Jeremy berdesis lirih, pelukan Hamish terlalu erat, sehingga menekan lukanya, "sshh..."

"Jer?" Ucap Hamish khawatir.

"Lo nggak papa kan, Jer?" Tanya Jeno khawatir.

"Sebenernya lo kenapa sih Jer?" Tanya Hamish sedikit frustasi. Baik Jeno maupun Jeremy tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya.

Twenty Two From LondonМесто, где живут истории. Откройте их для себя