part 51

17 5 2
                                    

ST.THOMAS' HOSPITAL.

Aleena melangkah tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Tadi, saat Aleena, Hamish dan Jeremy berbincang sebentar, Aleena mendapat telepon dari Andreas suami dari Alana yang mengatakan jika Alana dilarikan ke rumah sakit lantaran terkena tembakan. Sontak, Aleena langsung pergi begitu saja dan tentunya diantar oleh Hamish.

Aleena dan Hamish langsung ke ruang khusus operasi. Aleena melihat di depan ruang operasi terdapat Andreas sedang terduduk di bangku yang telah di sediakan. Aleena segera mendekat ke arah Andreas dan diikuti Hamish di belakang nya.

"Kak Andre, bagaimana keadaan kak Alana? Kak Alana baik-baik aja kan?" tanya Aleena sambil menahan air matanya agar tidak pecah.

Andreas berdiri lalu memeluk Aleena. Andreas sudah menganggap Aleena sebagai adik kandung nya. Mengingat Andreas dan Alana sudah berpacaran saat mereka berusia 15 tahun yang dimana dulu Aleena masih sekolah dasar. Niat nya Andreas ingin memberi kejutan kepada Alana dan juga Alicia karena ia pulang lebih cepat. Tapi, takdir berkata lain. Andreas yang mendapat kejutan dari Alana yang dilarikan ke rumah sakit.

"Kita doakan saja agar Alana baik-baik saja. Sudah jangan banyak menangis, Aleena." ucap Andreas menenangkan Aleena yang akhir nya terisak juga.

Aleena melepaskan dirinya dari pelukan Andreas.Lalu, ia duduk di kursi tunggu. Menundukkan kepala nya sambil mengusap wajah nya. Hamish yang melihat itu, segera duduk di sebelah nya. Merangkul Aleena agar mengurangi rasa sesak nya.

"Jangan menangis lagi, Leena. Aku yakin kakakmu akan baik-baik saja." ucap Hamish.

Aleena menyandarkan tubuh nya ke pundak Hamish. Aleena ingin berhenti menangis, namun air matanya sendiri enggan untuk berhenti. Memori nya kembali di putar saat ia dan Alana menunggu kedua orang tua nya tepat di ruang operasi juga. Saat itu, Aleena nangis hebat. Aleena tidak ingin kejadian dimana papa kandung nya juga meninggal di rumah sakit. Ini sudah ketiga kali nya Aleena menyaksikan orang-orang tersayang nya terbaring di ruang operasi dan itu menjadikan Aleena takut dengan rumah sakit. Ingat, jika waktu Aleena kehujanan yang ingin diantar oleh Alex kerumah sakit? Aleena menolak nya kan? Aleena takut jika Alana tidak selamat dan meninggalkan dirinya. Aleena tidak ingin itu terjadi.

"Mom... Dad..." lirih Aleena.

"Istighfar, Leena. Insyaa Allah hatimu akan tenang." ucap Hamish.

"Jangan pergi," lirih Aleena sambil sesegukan.

"Iya, aku nggak pergi. Tapi tolong, jangan nangis lagi Leena. Kasian mata kamu sudah bengkak begini." ucap Hamish sambil mengusap kedua kelopak mata Aleena.

Aleena menghela nafas nya pelan. Mengusap dada nya sambil istighfar agar mengurangi rasa sesak nya.

"Udah masuk waktu Dzuhur, kita shalat dulu yuk. Sekalian doakan kakakmu agar selamat." ucap Hamish.

Aleena menegakkan tubuh nya lalu ia berdiri menghampiri Andreas.

"Kak, aku tinggal shalat dulu ya. Nanti aku kesini lagi." ucap Aleena pada Andreas.

"Hm, baiklah. Nanti jika operasi sudah selesai, aku akan segera menghubungimu Aleena." ucap Andreas.

Sedangkan di dalam ruang operasi. Semua rekan medis sedang berkonsentrasi menangani Alana. Terdapat peluru yang menancap tepat di atas jantung nya dan berhasil di keluarkan.

"Detak jantung pasien melemah, Dok." ucap suster.

"Siapkan defibrillator sekarang." ucap sang Dokter.

"Satu, dua, tiga..."

"Satu, dua, tiga..."

"Ya, sekali lagi. Satu, dua, tiga..."

Twenty Two From LondonWhere stories live. Discover now