Part 32

31 6 11
                                    

Istanbul, Turki.

Sebuah rumah mewah berlantai tiga ini berdiri di atas lahan yang sangat luas. Jendela-jendela besar menghiasi dinding bangunan. Tampak dari depan, sebuah tiang-tiang tinggi yang kokoh dengan pintu utama yang besar.

Dari pintu gerbang yang tinggi, sebuah halaman luas dengan berbagai jenis tumbuhan menyambut. Di dekat sebuah pohon, tampak air mancur buatan yang mengalirkan air jernih menuju kolam kecil di dekatnya.

Dari pekarangan belakang rumah, terdapat kolam renang yang cukup besar dengan sebuah tempat bersantai seperti vila kecil yang indah. Tidak jauh dari itu, terdapat bangunan kecil tempat para pekerja dan pelayan tinggal.

Bangunan putih ini berada di lingkungan yang sangat strategis. Sebuah bangunan yang menunjukkan keanggunan dan karya seni yang sangat detail, dengan sebuah perkebunan luas milik keluarga didekatnya.

Rumah milik keluarga Aleena di Turki ini di huni oleh enam orang anggota keluarga yaitu Nyonya Ayşe Seçkiner ( Ibu dari Ayahnya Aleena), Selim Seçkiner-dengan istrinya yaitu Seyda Seçkiner, lalu anak mereka Sofia Seçkiner yang masih berusia lima tahun, dan Sarah Seçkiner, adik perempuan paling kecil dari ayahnya.

Almarhum ayah Aleena adalah seorang pengusaha sukses dari keluarga konglomerat Turki yang dermawan dan seorang muslim yang taat.

Keluarganya adalah pemilik sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang Tekstil dengan beberapa anak perusahaan yang tersebar di kota-kota besar Turki. Juga memiliki sebuah rumah sakit yang terletak di kawasan elit Istanbul. Dahulu, Mustafa Seçkiner ( Kakeknya Aleena ) adalah seorang dokter spesialis bedah. Lalu Süleyman Kareem Seçkiner ( Ayahnya Aleena ) adalah pengusaha sukses pendiri sebuah perusahaan itu yang terus berkembang sampai saat ini. Hingga ia meninggal, perusahaan sekarang dibawah kendali adiknya yaitu Selim Seçkiner.

Di sebuah ruangan, suara gemeretak piring, sendok dan garpu yang beradu di sebuah meja makan panjang yang telah tersedia berbagai hidangan yang masih mengepulkan asap. Dua orang pelayan dengan pakaian serupa terlihat sibuk membawakan hidangan lainnya ke meja makan itu.

"Alie, tolong ambilkan saus di dapur untuk kentang goreng ini."

"Baik Ayşe hanım."

Pelayan itu mengangguk dan berjalan mengambil apa yang diminta atasannya. Kemudian, dua orang pelayan berdiri di belakang meja makan seolah akan dengan sigap membantu apabila atasannya meminta sesuatu.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Muncul lah sosok laki-laki berperawakan tinggi dan berbadan tegap sedang tersenyum menatap semua orang yang duduk di meja makan. Dia adalah Selim Seçkiner, adik dari Ayahnya Aleena.
Langkahnya mulai mendekat lalu si kecil Sofia berteriak menghampirinya.

"Ayah sudah pulang."

Selim berjongkok merentangkan tangannya untuk memeluk putrinya,
"putri kecil ayah, bagaimana harimu, sayang?" Ia mencium kening Sofia setelah melepas pelukan.

Sofia mengedipkan matanya, lalu ia terlihat berfikir, "ayah, aku mau kuda poni,"

Dengan posisi yang masih berjongkok, Selim berkerut samar, "maksudmu boneka kuda poni?"

Sofia menggeleng.

"Aku mau kuda poni sungguhan ayah." Ia mengangkat tongkat mainan yang dipegangnya, "seorang putri harus mempunyai kuda poni untuk bisa terbang."

Semua orang tertawa...

Kemudian Selim menggendong putri kecilnya untuk kembali duduk dekat ibunya.

"Sayang, sekarang kita makan dulu." Ia melirik dan tersenyum pada Seyda, istrinya, "biar kau membicarakannya pada ibumu saja ya."

Twenty Two From LondonWhere stories live. Discover now