part 43

16 5 2
                                    

Olive mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang dan tentu nya ia tidak ingin pulang ke apartement Aleena sekarang. Entahlah, seperti nya ia harus berkeliling kota agar mood nya kembali. Dirinya benar-benar  badmood lantaran Hamish tidak memenuhi keinginan nya. Padahal apa susah nya meminta jersey plus tanda tangan dari seorang Karim Benzema. Olive mendengus kesal. Padahal Hamish yang sudah berjanji akan memenuhi keinginan nya, tapi malah mengingkari.

Alarm di mobil Olive berbunyi samar yang mengartikan ada seseorang yang menguntitnya. Olive melirik dari kaca. Seketika Olive menyeringai. Okelah, Olive akan meladeni nya. Lumayan buat ngilangin badmood nya. Bermain sebentar, gapapa kan?

Olive memasang earphone di telinga nya. Menghubungi Juan.

"Arah selatan, ada yang mengajak kita bermain. Jangan sampai telat."

"Baik nona, kami segera kesana."

"Alana, Alana, nggak ada kapok nya ternyata." ucap Olive sambil menambahkan kecepatan mobil nya membuat mobil yang menguntitnya pun sama menambahkan kecepatan nya.

Olive mengarahkan ke arah selatan, dimana lokasi itu benar-benar sepi yang terdapat sebuah danau.Tempat yang seru untuk bermain permainan lelucon ini.

Setelah sampai, Olive pun menghentikan mobilnya. Diikuti oleh mobil penguntit nya.

Olive menarik nafas nya terlebih dahulu. Akhirnya ia bisa merasakan tawuran yang sudah lama ia tidak lakukan. Apalagi sekarang Olive sedang mode badmood. Singa betina kok di bangunin? Haha

Olive melepaskan seatbelt nya. Lalu keluar dari mobil nya.

Tanpa aba-aba, penguntit nya pun menyerang Olive. Dengan sigap, Olive menahan dan membalas pukulan terhadap salah satu penguntit nya.

Tangkisan demi tangkisan Olive hindari, hingga akhir nya satu penguntit pun tumbang dan Olive tersenyum puas. Ia menduduki penguntit tersebut yang sudah terkapar lemah. Namun, Olive tidak menyadari jika teman penguntit itu dari arah belakang membawa sebuah balok untuk memukul dirinya.

Dan

"AWAS...!!!"

Teriakan, pukulan, serta suara tembakan membuat Olive memejamkan matanya. Dalam hati nya, Olive sudah pasrah jika dirinya mati sekarang.

"Nona, maaf saya datang terlambat. Sekarang nona aman." ucap Juan membuat Olive membuka mata nya.

"Juan? Aku tidak apa-apa? Lalu, siapa yang kena pukulan dan tembakan?" tanya Olive.

"Seseorang yang menyelamatkan nona dari pukulan balok. Saya yang menembak kaki dari penguntit nona." jawab Juan.

"Seseorang?" Olive mengernyitkan keningnya.

"Ada di belakang nona dan tidak sadarkan diri." sahut Juan.

Sontak Olive memutarkan tubuh nya ke belakang. Seperkian detik, bola mata Olive melebar.

"Jeremy?!" seru Olive menghampiri Jeremy yang tidak sadarkan diri.

Ya, orang yang menyelamatkan Olive dari pukulan balok adalah Jeremy. Tadi, Jeremy hanya iseng pergi ke danau. Namun, suara orang perkelahian juga ia melihat seorang wanita melawan dua orang laki-laki bertubuh besar, Jeremy pun turut menghampiri nya.

"Juan, kau urusi bajingan sampah ini jangan sampai lolos. Hukum mereka seberat-beratnya dan buat mereka mati segan, hidup pun segan. Aku akan membawa Jeremy ke rumah sakit."

"Baik nona." sahut Juan membawa  Jeremy ke dalam mobil Olive, sedangkan Greg mengurusi dua sampah itu.

***

Twenty Two From LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang