Part 08

78 19 10
                                    

Matahari mulai beranjak menuju peradapan nya. Perlahan langit menjadi gelap karena malam telah tiba.

Salju-salju telah mencair dan habis tak tersisa. Ini adalah penghujung musim dingin dan aroma musim semi mulai menggairahkan jiwa.

Di sebuah kedai cafe, Hamish dan kedua teman nya sedang menikmati awal musim semi itu. Hamish larut dalam lamunan nya.
Ia teringat kembali kejadian itu, saat semuanya terasa berjalan pada jalur yang tepat, tapi kenyataan nya tidak demikian.

Clara yang selama ini ia anggap adalah pilihan terbaik nyatanya berkhianat. Dalam hati ia berkata tidak akan percaya lagi dengan yang namanya cinta sebelum ia merubah dirinya menjadi versi terbaik. Ia tidak akan menjaga siapa pun kecuali ibunya yang saat ini ia punya.

Bukankah tidak ada orang jahat? Sesuatu akan terbentuk melalui proses dan penyebabnya, begitupun sebaliknya. Mantan kekasih nya tidak jahat, mereka hanya tidak cocok. Bukankah siang tidak selalu berawan dan malam tidak selalu berbintang? Meskipun mereka pernah memiliki kisah indah di masa lalu, bukan berarti mereka harus selalu bersama.
Bukankah manusia hanya bisa berencana dan selebihnya Tuhan lah yang berkehendak? Semua cerita tidak harus berakhir dengan indah bukan? Ini adalah jalan terbaik yang dipilihkan Tuhan untuk nya.

Kini ia berada disini kembali. Di jalan ini, tempat yang sama, juga hari yang sama. Tetapi dengan perasaan dan situasi yang berbeda. Kenangan itu seolah diputar kembali bagaikan film yang diputar ulang. Semua memori tentang mereka seolah hidup kembali. Tetapi hatinya telah berbeda, kebencian lebih besar dari pada rindu. Mungkin lebih tepatnya rasa kecewa.

Kedua teman nya, Jeno dan Jeremy. Sepulang nya mereka dari acara party pada malam itu, Hamish seolah menjadi orang yang berbeda. Ia lebih banyak berdiam diri.

Hari ini tepat dua tahun Hamish dan Clara berpacaran, kedua temannya tentu mengetahui hal itu, dan mereka berinisiatif untuk mengajak Hamish keluar walaupun hanya sekedar berbincang.

Awal nya mereka akan pergi menghadiri sebuah acara, tetapi Hamish menolak dengan alasan ia tidak mau berada dalam keramaian. Jadilah mereka bertiga berada di tempat ini.

"Aaaa...sudahlah." Hamish tersadar dari lamunan nya, dan tanpa ia sadari ia sedikit berteriak. Kedua teman nya terkejut.

"Kenapa lagi? Rindu ya? Hahahaha." Jeno tertawa.

Lalu Jeremy menimpali, "ayolah, lupain dia bro, eh kayak nya kita salah bawa lo ke tempat ini ..." Belum sempat Jeremy menyelesaikan kalimat nya, Hamish malah pergi begitu saja meninggalkan cafe itu.

"Ini tempat mereka jadian dulu kan, kenapa kita bawa dia kesini?"

"Aahhh sudahlah, cepetan kejar Hamish!"

Kedua nya lalu pergi mengikuti Hamish yang berjalan entah kemana.

Jalanan di malam hari masih sangat ramai. Semua orang dari berbagai penjuru dunia masih sibuk berlalu-lalang dengan urusan nya.

Jeno dan Jeremy terus mengikuti Hamish hingga pada perempatan jalan yang lumayan sepi, mereka kehilangan jejak Hamish.

Mereka berdua saling berpandangan.

"Biarlah Hamish sendiri dulu, dia butuh waktu untuk menerima kenyataan ini, kita kembali dulu ke apartement. Besok kalo dia nggak kembali juga, kita harus cari dia lagi." Ucap Jeremy pada jeno, lalu keduanya berjalan menuju ke tempat parkir cafe tadi untuk mengambil mobil.

"Oke, baiklah."

***

Pukul 07.00 pagi, Jeno dan Jeremy telah berencana akan bertemu kembali karena sejak semalam, Hamish tidak dapat dihubungi.

Twenty Two From LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang