Part 49

21 5 1
                                    

Aleena menatap gedung apartement yang menjulang tinggi di hadapannya. Salah satu apartement mewah yang ada di kota London. Aleena memarkirkan mobilnya di basement. Setelah itu, ia keluar dari mobilnya dan melangkahkan kaki nya menuju lobby untuk menanyakan dimana letak unit milik Hamish pada resepsionis.

"Selamat pagi, nona. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis ramah pada Aleena.

"Pagi juga, saya ingin ke unit atas nama Hamish Ziyev. Letak nya dimana ya?"

"Oh, Hamish Ziyev. Di unit nomor 22 di lantai 22 juga." ucap resepsionis.

"Baiklah, terima kasih." ucap Aleena lalu ia melangkahkan kakinya menuju lift.

Aleena menekan tombol nomer 22 pada lift tersebut. Untung nya tidak ramai, jadi Aleena tidak perlu canggung untuk bertemu banyak orang.

Pintu lift terbuka. Aleena keluar dari lift tersebut. Dirinya mengabsen nomer unit dari nomer 15 hingga sampai di depan unit nomer 22.

Aleena menarik nafas nya pelan lalu ia hembuskan perlahan. Menghilangkan rasa gugup. Dan semoga Hamish ada di apartement nya.

"Bismillah," Aleena menekan bel, berharap segera di buka kan oleh pemilik unit tersebut.

Tak perlu menunggu lama, pemilik unit itu membuka pintu nya. Menampakkan Hamish dengan wajah khas seperti orang baru banget bangun tidur.

"Leena? Kamu ngapain kesini? Ah, maksudku, ini masih pagi sekali." tanya Hamish sambil mengusap wajah nya mengalihkan wajah terkejut nya lantaran tamu yang datang pagi-pagi seperti ini adalah Aleena. Hamish pikir tadi yang datang Jeremy atau Jeno. Tau jika Aleena yang datang, Hamish akan mencuci wajah terlebih dahulu.

"Pagi, Hamish. Aku kesini bawain kamu sarapan. Pasti kamu belum sarapan kan? Ah, jangan kan sarapan. Mandi saja kamu belum kan? Kamu tidak bisa mengelak, terbukti ada bekas air liur di pipi mu, Hamish," ucap Aleena bercanda namun Hamish menganggap nya serius.

"Benarkah? Oh, tidak. Ketampananku..." ucap Hamish berbalik dan ingin menutup pintu namun Aleena menahan nya.

"Aku datang kesini jauh-jauh sebagai tamu dan kamu sebagai tuan rumah tidak mempersilakan tamunya untuk masuk, huh?"

"Ah, ya maaf Leena. Yasudah silahkan masuk. Anggap saja rumahmu sendiri. Aku tinggal mandi sebentar." ucap Hamish yang sudah masuk duluan. Aleena menggelengkan kepalanya. Padahal ia hanya bercanda bilang kalau ada jejak air liur di pipi Hamish yang nyatanya tidak ada. Bahkan ketampanan Hamish bertambah dua kali lipat saat baru bangun tidur.

Aleena melangkah masuk ke dalam unit milik Hamish. Aleena menelisik ke seluruh ruangan. Cukup luas, rapih, dan juga bersih untuk seukuran seorang pria yang tinggal sendiri. Bahkan ada meja billiard. Aleena menuju dapur. Ia membuka rak piring, mengambil dua piring dan dua gelas. Aleena membuka kulkas yang isinya hanya ada beberapa butir telur, susu, dan sari buah instan. Aleena mengambil susu dan sari buah instan itu. Lalu menuang ke dalam gelas dan menata makanan yang ia buat di meja makan. Sambil menunggu Hamish selesai ritual mandinya, Aleena membuka ponsel nya. Memainkan sosial media yang isi nya itu-itu saja.

Langkah kaki terdengar mendekat ke arah Aleena. Segera Aleena meletakkan ponsel nya di meja. Aleena menatap Hamish dengan rambut tipis nya yang masih basah serta kaos putih polos dan celana pendek. Jangan lupakan wajah nya yang sangat segar dan menggiurkan. Nampak semakin mempesona, bukan? Astaghfirullah, Aleena... Sadar kamu! batin Aleena.

"Ini kamu yang masak semua nya?" tanya Hamish dan duduk dihadapan Aleena.

"Iya, masa Olive yang masak." sahut Aleena.

"Aku hanya bertanya Leena. Jika itu masakan Olive aku tak mau memakannya." ucap Hamish.

"Ini aku yang masak, Hamish. Kalau kamu nggak percaya telepon aja Olive, dia saksi nya." ucap Aleena kesal.

Twenty Two From LondonWhere stories live. Discover now