Part 16

69 14 3
                                    

"Aku hanya mengajakmu jalan-jalan tapi kau sudah gemeteran seperti itu. Apalagi kalau ku ajak kau menikah?Pingsan dadakan kali ya," Potong Hamish meledek Zaina yang kini tertunduk malu.

Wajah Zaina bersemu merah, aliran darah di sekujur tubuhnya seakan-akan berhenti. Jantungnya berhenti berdetak seperkian detik, pasokan udara di dunia seakan-akan tak mampu Zaina hirup. Zaina hanya diam mematung mendengar ucapan Hamish. Terdengar bercanda bagi Hamish tapi tidak dengan Zaina. Zaina tidak kuat.

"Ah kau ini bicara apa?" Ucap Zaina gugup.

"Aku? Aku hanya bicara gimana kalau aku ajak kau meni..." Ucap Hamish terpotong ketika suara Elzam terdengar.

"Aunty Zaina, ayo kita main!" Teriak Elzam dari ruang keluarga.

Hamish menatap Zaina sembari tersenyum manis, menatap Zaina dalam. Setelah itu Hamish meninggalkan Zaina sendirian.

Zaina menghela nafasnya panjang. "terimakasih Elzam,"

"Hamish tidak baik untuk kesehatan jantungku," Ucap Zaina pelan sembari menaruh tangannya di dada.

Setelah itu Zaina mengikuti langkah kaki Hamish menuju ruang keluarga.

Dilain tempat, di ruang keluarga Elzam sedang mendorong box berisi mainan. Mendengar suara pintu pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga Elzam mendongakkan kepalanya. Wajahnya berbinar ketika melihat Zaina berjalan di belakang Hamish, tangannya melambai mengajak untuk menghampiri dirinya

Zaina yang melihat lambaian tangan dari Elzam tersenyum manis. Zaina memang suka sama anak kecil, bahkan dia lebih bahagai jika bermain bersama anak kecil, baginya bermain bersama anak kecil memiliki kebahagian tersendiri. Jika dibandingkan bermain dengan teman sebayanya, Zaina lebih baik memilih bermain bersama anak kecil. Tidak ada masalah, dan tidak akan membuat masalah.

Hamish menatap raut wajah gembira Elzam. Elzam memang anak yang ekspresif dan mudah bergaul tidak salah jika Elzam langsung nyaman dengan keberadaan Zaina yang belum beberapa hari Elzam kenal. Pikiran Hamish langsung berkelana kelain tempat, Hamish segera menepis pemikirannya.

"Bodoh," Ucap Hamish pelan yang masih bisa di dengar orang yang berada di ruang keluarga.

"Siapa yang bodoh?" Tanya Aicha.

"Hoi, kau mengatai anakku bodoh ya?!" Ucap Daddy Elzam.

"Paman memang bodoh." Ucap Elzam skakmat dan mendapatkan tatapan tajam dari Hamish. Tatapan tajam dari Hamish tidak Elzam hiraukan, bagi Elzam tatapan tajam pamannya sudah makanan kesehariannya. Elzam tidak akan takut.

"Hamish, kau baik-baik sajakan?" tanya Zaina khawatir.

"Ah, maaf atas ucapan Hamish yang kelepasan. Hamish kepikiran ucapan Jeremy yang butuh uang 1 Trilliun. Maaf semuanya," Ucap Hamish berbohong, tidak mungkin juga kalo Hamish harus berbicara sebenarnya.

"1 Trilliun? Buat apa?" Tanya Aicha.

"Hanya bercanda Ma," Jawab Hamish dan dibalas anggukkan kepala oleh Aicha.

"Sini aunty, jangan dibelakang Paman Hamish. Nanti ketularan bodoh." Ucap Elzam sambil tersenyum manis ke arah Zaina.

Zaina terkejut mendengar ucapan Elzam, sedangkan Hamish kembali menatap tajam kearah Elzam.

"Bombastic side eye mode on. Hati-hati paman, nanti matamu keluar terus diganti mata kuda, hahaha." Ucap Elzam tertawa dan di susul tawa oleh Daddy Elzam.

Hamish menatap kedua orang tersebut malas. Anak dan Daddy sama saja.

"Elzam, Zalem," Ucap Aicha.

Mereka berdua langsung berdeham untuk menghentikan tawa mereka. Ibu Ratu telah angkat Suara.

Twenty Two From LondonNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ