⏺️ Donghan x Daehyeon

71 16 2
                                    

÷ ÷ ÷ ÷ ÷

poin utama

÷ ÷ ÷ ÷ ÷

Seharusnya Daehyeon mengetahui ini sedari awal, membuka kedai minum dengan Donghan hanya menambahkan alasan dia merasa sakit kepala dan melepas banyak keberuntungan dengan hela nafas yang telah melewati hitungan jari pada satu hari. Mungkin dia harus mundur dari posisi dia memegang kedai minuman.

Donghan melihat dia saat dia mengatakan dirinya akan mengundurkan diri dari posisi dimana dia memegang kedai minuman, akan membiar laki-laki yang lebih muda mengurus kedai minuman bersama teman lain. Daehyeon tidak meyakini apa yang dipikirkan oleh Donghan hanya dengan melihat wajahnya, memilih diam.

Mata Donghan berpindah dari Daehyeon yang menantikan jawabnya, mengarahkan pandangan pada kopi dingin lagi terabaikan di hadapan.

"Kau ingin mengundurkan diri? Apa yang membuatmu ingin mundur?" Donghan menyentuh piring kecil dari cangkir minuman dengan telunjuk

"Iya, aku ingin mengundurkan diri. Aku tidak berpikir ini merupakan posisi yang sesuai untukku" Tidak mengurusi laku Donghan, Daehyeon menjawab

"Baik" Kepala Donghan melakukan angguk, bukan memperlihatkan sulit dalam gerakannya walau dia tidak pula melakukannya dengan antusias

"Baik" Tangan Daehyeon menyentuh cangkir minuman yang dia miliki, aroma teh hijau yang menenangkan daripada pekat kopi seperti Donghan

"Mari kita rencanakan penutupan dari kedai minuman, kalau begitu" Daehyeon akan tersedak seandainya dia tengah meminum teh hijau miliknya

"Apa?" Bukan membuka mulutnya untuk meminum teh hijau, Daehyeon melemparkan tanya untuk memastikan apa maksud dari kata Donghan

"Tidakkah kau akan mengundurkan diri?" Tanya Donghan, menerima gerakan mengangguk untuk membenarkan dari si pemilik marga Jang

"Iya, tapi kedai minuman ini mendapatkan hasil yang baik dan rugi kalau kau menutupnya" Daehyeon mengerutkan dahi, tidak memahami alasannya

"Tapi kau akan mengundurkan diri" Mengulang kata seperti dia telah mengatakan hal yang jelas, sementara Daehyeon masih mengerutkan dahi

"Kenapa kalau aku mengundurkan diri? Bahkan aku tidak memegang resep dari minuman disini" Berkata, Daehyeon masih memiliki raut tidak mengerti

"Aku memulai kedai ini dengan mengajakmu" Kata Donghan, basi dan tidak dipahami oleh Daehyeon sehingga dia menghelakan nafas saat mendengar

"Benar, tapi kau memiliki beberapa teman yang membantu selain aku" Daehyeon membalas, mengingat Donghan yang senang mengganggu temannya

"Hyung. Kau merupakan pertama yang aku ajak untuk melakukan kerjasama" Oke, mungkin Donghan berusaha mengatakan bahwa Daehyeon penting

"Aku belum mendapatkan poin dari katamu" Enggan membentuk duga, Daehyeon berkata pada laki-laki yang lebih muda dan melihat dia mencebik

"Aku mencari alasan untuk dekat denganmu" Donghan menghindarkan mata dari Daehyeon selagi dia mengatakan ini, kelihatan begitu canggung

"Kau, mengajak aku melakukan kerjasama dan membuka kedai minuman untuk dekat denganku?" Mulai berkata dengan ragu, namun Daehyeon menuntas katanya

"Iya. Kalau kau mengundurkan diri, maka aku tidak perlu melanjutkan kedai minuman ini" Berbeda dari Daehyeon, Donghan menjawab tanpa memiliki ragu

"Seseorang yang memiliki uang melakukan pendekatan dengan berbeda" Daehyeon menekan sisi hidungnya saat pening mulai dirasakan dari percakapan ini

"Pernyataanku bukanlah poin dari percakapan ini" Kata Donghan, masih menghindarkan matanya dari Daehyeon walau nada bicara hanya memiliki keyakinan

"Tapi perasaanmu merupakan poin dari kedai minuman ini" Tangan Daehyeon menghentikan pijat pada hidung, mengarah lirikan terhadap laki-laki di depannya

"Benar, tapi," Melenyapkan karakter yang biasa dipenuhi yakin, Donghan canggung merapatkan bibir dan kelihatan seperti tidak tahu harus mengatakan apa

"Jadi, kau mengganggu lainnya untuk mendapat perhatianku?" Ini merupakan duga yang kekanakan, tapi Daehyeon tidak memandang Donghan bersikap dewasa

"Kau mengetahuinya?" Ah, Daehyeon ingin menaruh wajahnya pada meja dan membenturkan dahi dengan bahan besi yang memiliki kilap di bawah lengannya

"Kau menunjukkan sikap tidak profesional dan mengabaikan kataku berulang kali karena ingin mendapat perhatian?" Melemparkan duga yang lain

"Iya. Kau merasa cemburu?" Daehyeon tahu Donghan bukan orang paling dewasa yang dia temui, tapi tidak tahu dia kekanakan pada tahapan ini

"Aku kesal" Balas Daehyeon, memberi jawaban sebelum dia menghela nafas untuk sekian kali dan kembali melakukan pijat pada batang hidungnya

"Kau tidak meninggalkan kedai minuman ini kalau aku tidak membuat kesal?" Mata Daehyeon rapat dan dia tidak berusaha melihat wajah Donghan

"Mungkin" Tapi Daehyeon tidak dapat mengabaikan kesan berharap dalam bicara Donghan, hanya memberi jawaban yang ambang sebagai balasan.

Pikiran Daehyeon mengatakan Donghan akan mengekori dirinya walau dia meninggalkan kedai minuman, menyadari Donghan selalu memiliki alasan untuk tidak jauh darinya dan menetap pada sisinya. Telah tahu dia merupakan seorang dengan keinginan yang kuat.

Tapi sisi dalam Daehyeon mengatakan dia tidak lagi menginginkan pergi karena laku menjengkelkan Donghan hanya dilakukan untuk mendapat perhatiannya, bukan seperti dia dilupakan atau dirinya hanya sama dengan lainnya dalam pandangan Donghan.

Daehyeon enggan memikirkannya, tidak akan mengakuinya, tapi dia menyenangi Donghan dan tidak masalah untuk menghabiskan banyak waktu dengannya.

÷ ÷ ÷ ÷ ÷
selesai
÷ ÷ ÷ ÷ ÷

Pair ini disarankan oleh Vfi_Jung99 dan Heeseungi07. Awalnya mau bikin DongDae yang damai aja, tapi susah banget buat ilangin kesan Donghan yang suka ngejailin Daehyeon.

ArunikaWhere stories live. Discover now