52. Balas Dendam

1.1K 189 19
                                    

"Yang Mulia, apa kau ingin mandi terlebih dahulu atau hanya mencuci muka?"

Ah Yelei....

"Makan banyak cemilan bisa mengganggu pencernaan perut. Sebaiknya mulai hari ini kau mengurangi berat badan."

Ah Yelei....

"Yang Mulia, bisakah perutmu menampung segalanya?"

Tidak...

"Kami sudah terikat kontrak seumur hidup. Adapun jika Yang Mulia ingin memecatku, itu tidak mungkin. Selama aku masih bernapas dan belum mati, aku akan selalu menjadi pelayan setia-mu."

Jangan...

"Yang Mulia, bagaimana perasaanmu saat ini?"

Cairan merah mengalir diam-diam dilantai, tangannya yang putih bergetar saat mencoba menggapainya. Tatapannya yang nyaris tak fokus berusaha untuk melihatnya. Suara lirih dan wajah pucat yang dipenuhi dengan banyak kesakitan sedikit mengerut dengan susah payah berbisik: "Lari.."

'Lari lah Yang Mulia, selamatkan dirimu..."

Tidak!

Aku tidak akan pergi meninggalkan mu!

Jangan!!

Jangan matii!!!

"AH YELEII!!!"

Suara nyaring besi yang melilit tangan dan kakinya memenuhi ruangan gelap gulita itu. Tempat yang lembab, berbau apak dan berdebu adalah apa yang Yu Nan singgahi sekarang. Pria itu diam-diam merasakan pipinya di aliri air mata, namun ia tidak dapat menghapusnya karena keterbatasan nya dalam bergerak.

Hal pertama seseorang jika mengetahui bahwa dirinya menjadi sandera pastilah ketakutan, namun jika dibandingkan dengan ingatan dimana seseorang yang dekat denganmu dibunuh begitu saja tepat di depanmu, hatinya hanya berisi kesedihan. Lebih tepatnya, Yu Nan merasakan hal itu sekarang.

Air matanya yang berhenti sebelumnya kembali menetes. Yu Nan tau bahwa jika dia melihat cermin, penampilan nya pasti akan tampak sangat memalukan, namun dia tidak dapat menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis. Selama lebih dari satu jam, ruangan yang sunyi itu hanya berisi isakan kecil Yu Nan. Seolah-olah tau bahwa dirinya butuh waktu untuk menerima apa yang terjadi, seseorang baru datang setelah Yu Nan berhasil menenangkan dirinya sendiri.

"Makan malam mu."

Yu Nan mendengar orang asing berbicara dan meletakkan sesuatu di tanah. Tanpa mengucapkan sesuatu yang lain, orang asing segera pergi dan meninggalkan Yu Nan sendirian lagi.

Aroma makanan perlahan tercium melewati hidungnya, namun Yu Nan bahkan tidak melirik atau tergiur dengan itu. Pria itu hanya melamun seraya berusaha menarik tangan atau kakinya, tapi seberapa keras dia menarik, rantai yang mengikat anggota badannya tidak sekalipun berpindah. Bahkan jangan berharap dia bisa berjalan dan makan dengan santai, yang bisa dilakukan Yu Nan hanya menggantung di tembok.

Entah sudah berapa hari dia terjebak disana, makanan selalu di kirim sesuai jadwal, tiga kali sehari, namun seolah sang pengirim mengejeknya, makanan hanya di tempatkan di tanah, tidak ada satupun orang yang datang atau membantunya untuk memberinya asupan.

Ini tidak lebih hanya ingin membiarkan dia mati kelaparan!

Yu Nan harus menanggung ejekan ini dibarengi dengan sengatan rasa sakit di kepalanya yang sewaktu-waktu muncul. Bahkan dia tidak sadar air matanya telah lama mengering. Yang dipikirkan nya saat ini adalah; "Kapan kegunaanku akan habis? Tidak bisakah mempercepatnya? Aku sangat lelah..."

King Consort (BL) ✅Where stories live. Discover now