Part 3

57.8K 6.3K 150
                                    


Pada malam hari setelah salat maghrib, semua orang di kediaman Azzura berkumpul di halaman belakang. Acara kumpul keluarga yang sesungguhnya akan berlangsung sebentar lagi namun sudah sangat ramai dengan kedatangan keluarga Ervi. Tadi pagi hanya ada muda-mudi. Namun saat ini yang tua-tua juga sudah datang.

Semua saudara dari Ervi datang, tapi tidak dengan saudara Lalita. Memang selalu seperti itu. Bahkan Azzura sudah tak heran dengan hal itu. Entah ada hal apa yang membuat Lalita tak akrab dengan keluarganya sendiri.

Azzura juga tak pernah main kerumah neneknya, dia hanya datang saat hari raya idul fitri. Itupun tak lama, hanya beberapa jam. Dua jam saja sudah paling lama. Azzura juga tak ingin terlalu ikut campur, menurutnya Lalita adalah orang yang sangat bijak dan akan melakukan apapun selagi itu mengarah ke hal positif. Tapi, kalau sampai Lalita tak mau berkunjung kerumah saudara dan orang tuanya. Berarti ada hal yang benar-benar rumit.

"Zura, jangan dipikirin terus dong Daddynya Melisya." Goda Ifi sembari mengulurkan sosis bakar yang ditusuk dengan tusuk sate.

Azzura menerimanya dengan raut wajah kesal, dia juga tak memikirkan duda muda itu sama sekali. Kenapa Ifi berpikir kalau Azzura memikirkannya? Apakah ekspresi wajahnya terlihat sangat mempedulikan duda itu?

"Siapa juga yang mikirin Om-om itu," bantah Azzura dengan kesal. Dia kembali menyandarkan punggungnya pada bantalan kursi taman. Lumayan mengasyikan juga ternyata merenung sesaat.

"Dilihat dari wajahnya, kayaknya belum tua deh, Ra."

"Siapa?" tanya Azzura sembari menggigit ujung sosis, Ifi menoleh menatap Azzura dengan senyum miring sebelum mencondongkan tubuhnya kearah Azzura.

"Duda muda kaya raya,"

"Kak Ifi apaan sih, yang di bahas dia mulu." Sahut Azzura semakin kesal.

Sedari tadi siang, Ifi selalu membahas tentang Gavril. Entah dimanapun tempatnya. Bahkan saat mereka berbelanja juga sempat-sempatnya Ifi memuji Gavril. Entah berkata sangat tampan, badan sangat oke tinggi, putih, model rambut dan wajah terlihat sangat serasi, badan proporsional yang Ifi yakini lelaki itu memiliki otot perut. Jangan lupakan otot yang menonjol di lengan serta punggung tangannya, jarinya juga sangat panjang dan bagus. Kalau saja Ifi lebih dulu bertemu Gavril daripada Edo. Sudah pasti dia mendekati Gavril.

"Kan kata kamu pengen nikah langsung tanpa pacaran, nyari duda kaya raya, perhatian. Kayaknya Pak Gavril masuk list dong."

"Gak juga, dia kayaknya bukan tipe suami idaman. Lihat aja mukanya datar banget kayak talenan."

"Ra, biasanya cowok dingin itu punya cara tersendiri bikin ceweknya luluh dan suka. Kamu aja yang gak ngerti. Btw, kamu kurang ajar banget cowok seganteng itu di samain sama talenan."

Azzura berdecih pelan sebelum berdiri dan meninggalkan Ifi sendirian. Rasa-rasanya, duduk dan mengobrol dengan ibu satu anak tersebut sangat menjengkelkan. Walaupun Ifi bukan sepupu aslinya, karena yang sepupu asli adalah suami dari Ifi. Jadi, Ifi kakak sepupu ipar.

Namun dia dapat menempatkan diri dengan baik, begitu ramah, mudah berbaur dengan keluarga, apalagi dia juga sangat pandai memasak. Kandidat calon menantu yang sempurna kata tantenya untuk Edo yang terlalu santai dengan hidupnya karena orang tuanya sudah kaya raya.

"Mau kemana?" tanya Alif saat bertemu Azzura di ambang pintu gerbang.

"Beli Kiranti di depan, Kak Alif baru dateng?" tanya Azzura balik sembari mendongak untuk menatap wajah sepupunya.

"Iya, tadi ada masalah sedikit di toko. Jadi, di selesaikan lebih dulu." Jelas Alif, tangannya mengusap puncak kepala Azzura dengan gerakan sangat lembut.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang