Part 35

43.4K 5.3K 526
                                    


Lalita tengah menunggu anak gadisnya yang masih bergelut dengan alat makeupnya. Hari ini dia berencana akan pergi membeli beberapa kebutuhan rumah yang sudah habis. Dia memang sering berbelanja sendiri, bukan karena tak percaya pada pembantunya. Hanya saja bagi Lalita berbelanja walaupun hanya kebutuhan rumah dia tetap bahagia dan di hitung refreshing.

"Mama mau beli apa aja?" tanya Azzura yang baru datang.

"Kamu di kasih tahu pun gak akan ngerti, Zura." Ejek Lalita sembari berjalan meninggalkan anaknya.

Azzura berdecih pelan sebelum mengikuti mamanya dari belakang. Dia sudah hidup dari bayi dengan Lalita, jadi dia sudah terbiasa mendengar ejekan maupun hal konyol lainnya.

Namun, walaupun terlihat selalu ceria dan konyol. Lalita adalah sosok ibu yang sangat hebat, mengesampingkan semua ego dan ambisi hidupnya hanya untuk anak-anak. Bahkan mengorbankan kebahagiaan dirinya agar rumah tangganya tetap utuh, dan anak-anaknya masih bisa melihat dan merasakan kehadiran orang tuanya setiap hari.

"Kamu gak pergi sama Gavril?" tanya Lalita saat mereka sudah duduk di dalam mobil. Azzura yang tengah memainkan ponsel barunya menggeleng pelan, memang dia tak ada rencana akan pergi bersama Gavril.

Tadi Gavril juga hanya mengantar Azzura sekolah, dan yang menjemput Bachtiar. Kata teman sekaligus asisten pribadi Gavril, lelaki sok sibuk itu tengah ada jadwal meeting mendadak. Padahal Azzura tahu kalau itu semua hanya alibi Vina agar bertemu Gavril.

"Masih berantem?"

"Enggak, dia lagi meeting." Sahut Azzura.

Lalita tersenyum lebar dan memiringkan tubuhnya untuk menatap Azzura lebih leluasa. Dia ingin melihat ekspresi anaknya apakah terlihat berbohong, grogi atau ekspresi mencurigakan lainnya.

"Ra, kamu beruntung tahu dapet Gavril dia pekerja keras, kaya raya, hidup kamu bakalan terjamin nanti. Ya walaupun usianya jauh di atas kamu, tapi usia itu bukan tolok ukur sebuah rasa cinta. Justru yang tua itu bisa membimbing kamu biar makin baik dari sebelumnya." Tutur Lalita begitu antusias. Azzura mematikan layar ponselnya sebelum menoleh menatap mamanya balik.

"Mama kok matre sih?"

"Bukan matre tapi realistis. Ibu mana yang tega melihat anaknya menderita? Bayangkan kalau kamu menikah sama orang gak punya dan gak mau kerja. Hidup kamu yang dari bayi udah di layani, minta apa di belikan terus punya suami yang gak bertanggung jawab atas istrinya. Kamu kira Mama gak kepikiran? Mama sama Papa maupun Kakak kamu mau bantu juga gak enak. Nanti suami kamu merasa gak ada wibawanya sebagai lelaki, merasa terhina. Kamu mau? Padahal kalau sudah menikah itu perempuan udah milik suaminya, bukan keluarganya lagi. Kamu tanggung jawab dia, Zura." Jelas Lalita serius. Azzura termenung sendiri mendengar penuturan Lalita, dia belum pernah berpikir sejauh itu.

Azzura juga belum memikirkan kehidupannya setelah lulus sekolah akan seperti apa. Yang pasti dia akan kuliah, namun entah bagaimana menurut Gavril. Lelaki itu pernah berkata dia akan menikahi Azzura setelah lulus SMA. Tapi, dia juga masih merasa takut akan dunia pernikahan.

"Ayo turun," ajak Lalita saat mereka sudah sampai di parkiran sebuah pusat perbelanjaan. 

"Kok kesini?" tanya Azzura yang baru sadar.

Lalita mengangguk dan tersenyum manis, dia memang ingin membeli baju dulu untuk kerja. Rasanya dia sudah sangat lama tak berbelanja dengan anak gadisnya. Apalagi di tengah kesibukan Lalita.

Lalita dan Azzura berjalan mengelilingi mall dengan perasaan bahagia, memang berbelanja adalah cara menaikan mood seorang perempuan. Entah tua atau muda, kalau sudah berbelanja mereka akan merasa sangat bahagia.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now