Part 34

44.2K 4.9K 232
                                    

Di dalam ruangan Gavril, Azzura duduk dengan wajah masam. Gavril tak terlalu mempedulikan kekesalan Azzura dengan bertemunya dia dan Vina tadi. Yang paling penting saat ini dia membawa pulang berkas yang sekiranya penting dan butuh tanda tangannya cepat.

Mata Gavril meneliti berkas di atas mejanya dengan sangat teliti. Azzura yang berada di atas sofa menatap Gavril yang begitu fokus. Terlihat begitu tampan dan mempesona, sebelumnya Azzura tak pernah melihat Gavril bekerja begitu serius seperti sekarang. Padahal hanya memilih berkas, apalagi kalau dia sedang menangani masalah perusahaan. Pasti lebih keren.

"Jangan di lihatin terus, makin jatuh cinta nanti." Tegur Gavril dengan senyum miring.

Azzura berdecih pelan sembari membuang pandangannya ke sembarang arah. Tangannya bersidekap di depan dada dengan kaki menyilang. Punggungnya bersandar nyaman di kepala sofa, terlihat seperti bu boss memang.

"Habis ini mau makan atau pergi kemana dulu?" tanya Gavril saat mereka lama terdiam.

Azzura yang sibuk dengan ponselnya tak bergeming sama sekali. Pertanyaan Gavril di anggap sebagai angin lalu, tak digubris sama sekali oleh Azzura.

"Saya bicara sama kamu, Sayang." Cetus Gavril. Azzura menatap Gavril kesal, berisik sekali bapak satu anak ini.

Tak berapa lama, seseorang mengetuk pintu ruangan Gavril pelan. Azzura sudah was-was kalau sampai itu Vina. Lagipula kenapa diwaktu malam hari Vina masih bekerja? Apakah dia butuh uang lemburan? Atau sengaja menggoda Gavril?

"Masuk!" teriak Gavril kencang. Dia masih fokus pada berkas-berkas di hadapannya.

Azzura sudah menatap tajam ke arah pintu. Tatapannya semakin tajam dan sinis saat tahu yang datang benar-benar Vina. Azzura sudah seperti cenayang saja saat ini.

"Pak, laporan keuangan yang Bapak minta." Ujarnya sembari berjalan mendekat ke arah meja Gavril.

Azzura yang melihat itu menatap Vina tanpa minat sama sekali. Dia berdecih sebelum berdiri dari duduknya, dia berjalan mendekati kulkas dan membuka pintunya dengan kasar.

"Gak boleh minum air dingin, Sayang." Tegur Gavril tanpa menatap Azzura.

Tangan Azzura yang terulur hendak mengambil air mineral kini terhenti, Azzura mengepalkan tangannya dan menoleh kearah Gavril cepat. Gavril menutup mapnya dan menatap Azzura balik, dia tersenyum miring dan menggeleng tanda tak boleh.

"Simulasi di padang mahsyar, kah?" tanya Azzura dengan bibir di tekuk. Vina yang melihat sikap manja Azzura berdecih pelan.

Gavril terkekeh pelan, dia berdiri dari duduknya dan mengambil beberapa map yang akan dia bawa pulang. Termasuk berkas baru yang di bawa Vina tadi.

"Pulang saja, Vin." Ujar Gavril saat melewati Vina.

Azzura menatap Gavril tajam, sok perhatian sekali. Gavril yang menyadari tatapan tak suka dari Azzura segera merangkul pinggang ramping kekasihnya dan mengajaknya pergi.

"Pulang saja, Vin. Cih!" sindir Azzura saat berada di depan pintu bagian luar ruangan.

Ludah Gavril terasa begitu sulit untuk di telan saat mendengar sindiran Azzura. Apalagi saat Azzura melepaskan rangkulan tangannya di pinggang kekasihnya. Kini Azzura lebih memilih berjalan sendiri tanpa rangkulan tangan lelaki itu.

~~~

Kini, Gavril dan Azzura sudah berdiri di pinggir danau. Setelah perdebatan panjang dan acara ngambek-ngambek tak jelas ala Azzura. Gavril memutuskan membawa Azzura ke danau dulu. Untuk mengobrol dan menenangkan pikiran Azzura yang sedang kalut-kalutnya.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang