Part 42

38.2K 5.5K 939
                                    


Gavril berjalan beriringan dengan Azzura menuju rumah kekasihnya. Setelah berduaan cukup lama di taman tadi, bahkan sampai jam sepuluh malam. Akhirnya Azzura minta pulang, setelah bercerita ngalor ngidul tanpa pembahasan yang jelas dan dengan Gavril yang begitu setia mendengarkan, sesekali menimpali saat ditanya.

"Udah sampai sini aja, Mama kayaknya juga sudah pulang." Ujar Azzura sembari menoleh menatap kedalam gebang rumahnya.

Mobil civic punya Lalita sudah berada di halaman rumah. Jadi, sudah bisa dipastikan kalau Lalita sudah pulang. Dengan tangan melambai Azzura mulai berjalan mundur memasuki gerbang rumahnya yang terbuka. Gavril masih berdiri ditempatnya menunggu Azzura masuk rumah, walaupun di sana ada satpam tetap saja Gavril harus memastikan keselamatan Azzura.

Saat Azzura sudah masuk rumah, barulah Gavril melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Namun, belum sampai lima langkah Gavril berjalan. Teriakan perempuan dari dalam rumah membuat Gavril segera menoleh untuk memastikan apakah itu benar suara Azzura atau bukan. Tapi, saat melihat satpam di rumah Azzura berlari tergopoh-gopoh. Gavril segera berlari menuju rumah Azzura.

"Kita yang anak Papa. Kakak dan Zura, Pa! Dan yang istri Papa itu Mama, bukan dia!" teriak Azzura kencang. Dia duduk bersimpuh di anak tangga paling bawah.

Gavril yang baru datang dan melihat Azzura terduduk dengan tangisan begitu memilukan segera berlari menghampiri gadisnya. Dia menatap Azzura yang saat ini menunduk dengan tangan mengepal memukul dadanya sendiri. Dengan cepat Gavril menarik tangan Azzura agar tak menyakiti dirinya sendiri. Gavril masih tak paham dengan apa yang terjadi di rumah kekasihnya. Azzura menangis histeris dibawah tangga, Lalita berdiri dengan tatapan mata kosong menatap Ervi dan istri keduanya yang duduk di atas sofa ruang keluarga membelakangi Azzura.

"Baby, ada apa?" tanya Gavril pelan, Azzura mendongak dengan mata sangat merah dan terus mengeluarkan air mata.

"Berapa lama aku diam, Mas? Berapa lama aku membiarkan kamu dan dia semena-mena sama aku? Berapa lama?" tanya Lalita dengan nada suara datar.

Gavril yang awalnya fokus pada Azzura kini menoleh menatap Lalita yang berdiri disamping sofa. Tatapan mata yang kosong dengan air mata mulai turun membuat Gavril semakin heran, apa yang sudah dilakukan Ervi sampai membuat Lalita begini?

"Aku kamu tinggal nikah lagi, aku diam dan mengalah untuk anak-anakku. Agar anak-anakku tak merasakan apa yang aku rasakan dulu. Aku berjuang untuk anak-anak ku, Mas. Tapi, dengan tega kamu mengorbankan masa depan anak kamu sendiri hanya untuk membela wanita ini. Dimana hatimu, Mas? Dimana? Aku diam saja saat kamu menyakitiku. Aku diam dan menepikan egoku sendiri, tapi saat kamu berani membuat anakku berada dalam masalah yang tak pernah dia lakukan. Aku gak akan tinggal diam, Mas." Suara Lalita begitu lirih, namun meninggalkan bekas yang sangat dalam di hati siapapun.

"Aku mengandungnya sembilan bulan, aku merawatnya sendiri dari dia baru lahir sampai sebesar sekarang. Aku tak pernah memintamu untuk mencarikan pengasuh walaupun saat itu aku juga sedang mengembangkan usahaku, aku Mas yang harus merawat anakku 24 jam setiap harinya. Membawa Kenzi dan Kenzo ke toko agar aku bisa mengawasinya langsung dan tak merepotkanmu untuk mencari pengasuh karena kondisi kita masih sama-sama dibawah. Apa kamu pernah mikir sampai sana? Kamu tahu gak gimana susahnya mengurus anak kembar? Oh iya, kamu gak pernah tahu. Karena dari awal kamu memang tak pernah peduli sama aku dan anak-anakku."

"Kenapa kamu melebarkan masalah ini? Aku cuma minta Kenzo menikah dengan Lena, kamu paham?!" bentak Ervi kencang.

Lalita mengusap air matanya dengan kasar, dia mendongak untuk menghalau air matanya agar tak jatuh lagi. Dia sudah pernah melewati badai masalah yang sangat besar dengan keberanian, dan saat ini dia akan melakukan hal yang sama. Dengan musuh yang sama pula, suaminya sendiri.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now