Part 54

34.5K 4.2K 323
                                    

Azzura sedang duduk di sebuah restoran menunggu Gavril datang. Yang biasanya dia kemana-mana sendiri, kini gadis cantik itu selalu dibuntuti anak buah Gavril. Dan saat ini bertambah lagi yaitu Melisya. Bocah yang baru berusia enam Tahun itu sangat senang saat tahu Azzura calon mommynya.

Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Sudah lebih dari satu Tahun semenjak kejadian Azzura dikejar Tiki yang tak lain kucing Melisya. Justru kucing itu mengantarkan jodoh untuk Azzura. Jodoh yang tak pernah terbayang akan mendapatkan lelaki duda, kaya raya, walaupun agak menjengkelkan terkadang. Tapi tak apa, semua itu bisa ditutupi dengan ketampanan.

"Mom, Daddy kok lama?" tanya Melisya saat dia sudah bosan menunggu daddynya didalam sebuah restoran.

Azzura menunduk untuk menatap wajah Melisya, walaupun agak menggelikan saat mendengar Melisya memanggilnya 'Mom' tapi dia juga harus terbiasa dengan hal itu. Tak mungkin selamanya Melisya memanggil dirinya Kak.

"Masih mandiin gajah kali, lama banget."

"Eh, Meli. Lihat wajah Mommy, masih cantik gak?" tanya Azzura menatap Melisya sangat lekat.

Melisya menaikan sebelah alisnya sembari memperhatikan setiap inci wajah calon ibunya. Dia mengangguk pelan, seakan berkata kalau Azzura masih tetap cantik.

"Kenapa, Mom?"

"Nanti Daddy jemput, kalau Mommy kelihatan jelek. Mommy malu."

"Daddy pernah lihat Mommy waktu bangun tidur tapi biasa aja. Kan wajah bangun tidur itu wajah paling natural, Mom. Kalau dibanding sekarang jauh. Sekarang kan pakai bedak."

Glek, Azzura menelan ludahnya susah payah. Ucapan Melisya terlampau jujur sampai membuat dirinya yang awalnya tersenyum manis kini berubah menjadi datar. Apakah secara tak langsung Melisya berkata kalau perbedaan wajah Azzura saat make-up dan natural sangat jauh?

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya memang tak salah pepatah itu. Walaupun Melisya bukan anak kandung Gavril. Tapi kenapa sikap menyebalkannya menurun? Apakah karena setiap hari bersama jadi membuat sifat mereka hampir sama. Tapi Azzura juga berharap setelah dewasa nanti sedikit ada perubahan pada sifat dan sikap Melisya.

"Itu Daddy," tunjuk Melisya saat melihat Gavril membuka pintu resto.

Wajahnya masih tetap datar seperti biasa, melihat hal ini, Azzura agak sombong karena saat bersama dirinya Gavril lumayan berekspresi. Tak seperti saat bersama orang lain.

Azzura menggeser duduknya kearah Melisya agar Gavril bisa duduk disampingnya. Gavril baru saja melamarnya, sudah pasti lelaki itu ingin selalu ada didekat Azzura. Itu menurut novel-novel yang pernah dia baca sebelumnya. Untuk saat ini dia sudah tak lagi membaca novel, kisah hidupnya saja sudah seperti novel.

Wajah Azzura yang awalnya berseri-seri bagai bunga matahari, senyum manis mengalahkan gula jawa kini nampak sangat kecut dengan wajah ditekuk. Khayalannya sungguh sangat tinggi, sampai susah untuk digapai. Gavril tetaplah Gavril, lelaki kadang cuek kadang perhatian, bisa manis mengalahkan gula bisa pahit mengalahkan bubuk kopi.

"Anak Daddy sudah makan?" tanya Gavril sembari mengusap rambut anaknya sangat lembut.

"Ini gue disini gak kelihatan apa gimana sih? Ya tahu sih kalau titisan bidadari, tapi masa iya gak nampak?" Dumel Azzura dalam hati.

Melisya mengangguk dengan semangat menjawab pertanyaan Daddynya, memang sebelumnya dia sudah makan bersama teman Azzura. Sedangkan Gavril tersenyum dan mengangguk membalas anggukan Melisya.

Gavril mengangkat tubuh anaknya dan menciumi seluruh wajah bocah cantik itu. Azzura masih menatap interaksi anak dan bapak yang terlihat harmonis, lama Gavril menciumi Melisya. Matanya tak sengaja melirik Azzura. Terlihat wajah murung dengan bibir cemberut membuat Gavril tersenyum miring.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now