Part 28

48.7K 5.5K 529
                                    


Di sebuah ruangan bernuansa serba putih, gadis dengan dress merah tengah memperhatikan penampilannya sendiri dipantulan kaca. Senyum manis sudah menghiasi bibir berwarna merah meronanya, ya gadis itu memang memilih serba merah agar terlihat begitu menantang dan menggoda. 

Dia sudah bosan menggunakan cara lemah lembut dan sok polos. Dan kali ini dia harus mendapatkan lelaki yang dia mau dengan cara yang sedikit licik. Untuk urusan resiko, dia sudah menyiapkan semua alasannya. Jadi, saat ini rencananya pasti akan berjalan lancar.

"Udah Kakak bawa?" tanya gadis yang baru masuk ke kamar kakaknya.

Gadis itu menoleh dan tersenyum, dia mengangguk dengan semangat. Dia sudah benar-benar siap saat ini. Bahkan semua sudah dia siapkan sejak tadi siang, jadi saat ini tinggal melaksanakan rencananya.

"Kita akan mendapatkan lelaki yang kita mau, bagaimanapun caranya." Bisiknya sebelum keluar dari kamar dengan tangan merangkul adiknya.

"Akan kita buktikan gak ada orang yang bisa menghalangi sebuah rencana saat tekadnya sudah bulat." Sahut adiknya dengan senyum miring.

~~~

"Cantik gak?" tanya Azzura dengan senyum manis.

Gavril yang sudah menunggunya di sofa ruang tamu rumah Azzura menatap kekasihnya dan mengangguk. Azzura berdecak kesal saat Gavril hanya mengangguk tanpa tersenyum. Terlihat kalau tak niat memuji memang. Padahal dia sudah berdandan sejak tiga jam yang lalu, memilih baju sejak kemarin dan mancari style yang sangat cocok untuk dirinya sejak beberapa hari yang lalu.

"Gak jadi pergi ah. Om nyebelin." Kesal Azzura, Gavril terkekeh pelan. Dia berdiri dari duduknya dan menghampiri Azzura, tangannya merangkul pinggang Azzura dengan lembut.

"Gak usah dijawab, kamu melihat tatapan mata saya sudah cukup menjelaskan kalau saya memang terpesona sama kamu." Bisik Gavril sangat pelan dan lembut.

Azzura menunduk untuk menahan senyumnya, walaupun dia sudah kekasih dari duda satu anak ini. Tapi tetap saja rasa malu masih menyelimuti hatinya. Ini pertama kalinya Azzura pacaran, jadi rasa malu masih ada. Bahkan Azzura sering lupa kalau dia sudah memiliki kekasih. Pernah saat pagi Gavril menghubunginya lewat pesan, Azzura yang baru tidur dan nyawanya belum terkumpul sepenuhnya terkejut. Dia mengira ada orang salah kirim. Tapi saat melihat foto profil nomor tersebut, Azzura terkekeh sendiri. Anak muda spesifikasi nenek-nenek memang.

"Disana ada banyak orang gak?" tanya Azzura saat mereka sudah duduk didalam mobil.

Gavril yang tengah mengemudi menoleh sebentar dan mengangguk. Mana ada pesta tak di hadiri banyak orang. Kalau hanya ada dia dan Azzura namanya bukan pesta. Tapi dinner romantis. Pertanyaan Azzura terkadang memang sedikit tak masuk akal.

"Kamu cantik, Sayang. Apa yang kamu cemaskan?" tanya Gavril, tangan kanannya masih memegang kemudi. Sedangkan tangan kirinya menggenggam jemari Azzura.

"Aku cuma anak SMA yang baru naik kelas tiga, Om. Sedangkan Om Gavril ..."

"Kamu memanggil saya apa, Baby?" potong Gavril dan tatapan mata tajam. Azzura menatap Gavril dan menelan ludahnya susah payah. Sangat sulit mengatur detak jantungnya saat Gavril dalam mode serius seperti saat ini.

"Maaf, Dad." Gumam Azzura pelan.

"Hem, Zura. Kamu gak perlu minder ataupun merasa gak pantas. Kamu pantas ada disamping saya." Ujar Gavril menenangkan. Tangan kirinya kini melepaskan genggaman tangan Azzura dan beralih mengusap paha Azzura yang tertutup dress.

"Tapi aku tahu betul perempuan yang mendekati Daddy dulu, Kak San pernah cerita." Gavril menepikan mobilnya. Di bawah pohon rindang dengan jalan yang lumayan sepi karena hujan mulai turun, Gavril mencondongkan tubuhnya ke arah Azzura.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang