Part 4

55.4K 6K 84
                                    


Gavril membukakan pintu minimarket untuk Azzura dan juga Melisya. Dua gadis yang berbeda usia tersebut tampak sangat girang. Kalau Melisya sudah pasti girang karena habis beli eskrim, tapi kalau Azzura, dia tak tahu kenapa gadis tersebut dalam mood yang baik.

Azzura berjalan berdampingan dengan Gavril, dan Melisya berada digendongan lelaki dewasa tersebut. Awalnya, Melisya mengajak ayah dan juga tetangganya untuk duduk di taman komplek dulu. Sekedar menikmati eskrim yang tadi dia beli.

"Makasih, Om." Ujar Azzura setelah mereka lama terdiam. Gavril menoleh dan mengangguk pelan, senyum tipis yang terukir dari bibir Gavril membuat Azzura berdecak pelan, sekali kulkas akan tetap menjadi kulkas.

"Rumah kamu yang mana?" tanya Gavril tanpa menatap Azzura. Dia fokus memperhatikan jalan karena ada Melisya yang tengah tidur di gendongannya.

"Nomor delapan, Om." Jawab Azzura cepat.

"Gak terlalu jauh jaraknya, saya antar saja sekalian."

"Eh, gak usah. Saya pulang sendiri aja." Tolak Azzura cepat, dia tersenyum lembut untuk meyakinkan Gavril.

"Gak apa-apa,"

Gavril dan Azzura berjalan tanpa mengobrol sedikitpun, gadis itu juga tak berusaha mencari topik obrolan. Dia jomblo sejak lahir, jadi dia tak tahu cara basa-basi ala buaya wanita.

"Ehem, Mamanya Melisya. Meninggalnya karena apa?" tanya Azzura dengan suara terbata.

"Sakit,"

Satu kata, yap, rencana mencairkan obrolan musnah Azzura. Kenapa dia tak berpikir kalau Gavril akan sensitif dengan pertanyaan Azzura. Apalagi istrinya baru beberapa bulan lalu meninggal, memang bodoh.

"Om, umur berapa?"

"Tiga satu,"

Irit banget, padahal gratis. Gini kok maknya Melisya betah sampai punya anak. Kalau gue udah habis nih laki satu. Teriak Azzura, dalam hati.

Sampai di depan gerbang rumah Azzura, Gavril menghentikan langkah kakinya. Dia melihat rumah Azzura sebelum menatap mata bulat milik gadis didepannya.

"Masuk, udah malam. Gak enak sama keluarga." Ujar Gavril sebelum berjalan meninggalkan Azzura yang masih berdiri didepan gerbang.

Raut wajah bingung, kesal, dan juga marah terlihat tak begitu mengenakan. Dengan tatapan mata bingung. Dia menatap punggung Gavril yang belum terlalu jauh, sumpah serapah didalam hati keluar begitu saja, walaupun hanya didalam batin.

Dia tak mungkin menyumpahi Gavril yang sudah membelanjakannya, ingat hanya itu. Tak ada yang lain. Kalaupun ada, dia iba dengan Melisya karena masih kecil sudah ditinggal ibunya. Padahal, Azzura yang sudah remaja saja masih manja dengan mamanya.

"Ra, gak masuk?" suara yang begitu menyebalkan dari belakang tubuh Azzura membuat gadis tersebut menarik napasnya dalam sebelum menoleh.

"Jalan sama duda baru kan kamu." Ejek Ifi dengan kekehan pelan. Azzura berdecih pelan sebelum meninggalkan Ifi sendiri di depan pintu gerbang.

~~~

Kak Ifi

Kak Ifi

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Место, где живут истории. Откройте их для себя