Part 16

47.7K 5.5K 273
                                    

Bel tanda berakhir pelajaran di SMA Rajawali membuat semua siswa-siswi berhamburan keluar ruangan. Termasuk Azzura, Ica dan Syifa. Mereka juga ikut keluar ruangan, rencananya tiga gadis cantik tersebut akan nongkrong di sebuah warung bakso langganan mereka.

"Jalan kaki?" tanya Syifa saat tersadar tak satupun dari mereka yang membawa kendaran.

Azzura dan Ica menghentikan langkah kakinya dan mengangguk bersamaan. Ica tadi pagi di antar abangnya, Syifa berangkat bersama Virgo dan Azzura di antar sopir kakaknya. Kebetulan Kenzo sedang ada diluar kota, jadi sopirnya bisa mengantar Azzura ke sekolah. Kalaupun tak ada sopir keluarganya dirumah, mungkin Azzura akan naik bus umum seperti biasanya.

Motor Azzura sebenarnya sudah bisa dipakai, tapi dia masih trauma dengan kejadian beberapa minggu yang lalu. Walaupun dia yakin betul kalau itu adalah ketidaksengajaan. Tapi tetap saja Azzura masih takut. Rasanya, kalau habis jatuh atau tak sengaja menabrak sesuatu. Rasa percaya diri saat menaiki motor akan hilang seketika. Entah itu hanya Azzura atau semua orang, tapi Azzura seperti itu.

"Lagian tempatnya juga deket, gak apa-apa kali kalau jalan kaki." Sahut Azzura, tangannya sibuk membuka bungkus permen rasa coklat yang selalu ada di dalam saku jaketnya. Panas matahari yang tak bersahabat di siang ini membuat Azzura memilih mengenakan jaketnya.

Syifa dan Ica mengiyakan ucapan Azzura, mereka kembali berjalan meninggalkan area sekolah. Memang tempat penjual bakso tersebut tak terlalu jauh dari sekolah. Bahkan, banyak anak sekolah Rajawali mampir di sana setiap pulang. Termasuk Azzura dan kedua sahabatnya. Selain rasa bakso yang enak dan full daging, disana juga bisa tambah babat ataupun tetelan yang lain.

Berjalan beriringan di iringi obrolan dan candaan membuat Azzura bahagia bisa mengenal dua gadis di sisi kanan dan kirinya. Mereka tak mengenal jaim dan gengsi, itu yang paling Azzura suka dari Syifa dan Ica. Dulu, saat baru mau masuk SMA mereka bertiga menaiki angkot bersamaan disaat teman-temannya yang lain di antar orang tua. Orang tua Syifa dan Ica juga sama sibuknya dengan orang tua Azzura.

"Nyebrang lihat kanan kiri, kalau sampai kesenggol wasalam kita." Tutur Azzura sembari menoleh ke kanan dan kiri. Untuk memastikan aman atau tidak dari kendaraan yang melaju dengan kencang-kencangnya di jam pulang sekolah.

Setelah menunggu beberapa saat, mereka berhasil menyebrang dan duduk di warung yang terlihat begitu nyaman untuk sekedar nongkrong dan menikmati semangkuk bakso serta es kelapa muda. Tempat dibawah pohon yang begitu rindang, area warung bersih membuat mereka semakin betah duduk berlama-lama untuk sekedar mengobrol.

"Lo sama Om Gavril itu gimana?" tanya Ica sembari memakan baksonya.

"Gimana, 'ya. Dia beneran sempurna gitu loh, tapi masih ada rasa ragu. Lo mikir gak sih, bininya habis meninggal belum genap setengah Tahun. Tiba-tiba dia suka terus ngedeketin gue, aneh gak sih?" tanya Azzura di sela-sela makannya.

"Aneh sih enggak, lagipula kita gak ada yang tahu gimana hubungan Om Gavril sama bininya dulu. Apakah mereka beneran cinta, atau gimana. Ra, gak mungkin cowok bisa move on secepat itu dari seseorang yang dia cinta. Tapi, kalau belum genap setengah Tahun dia bilang suka dan mau memperjuangkan lo. Pasti ada hal yang gak beres dimasa lalunya. Mungkin, dia sama bininya gak ada rasa." Tutur Syifa panjang lebar.

Azzura yang hendak memasukkan sesendok bakso kedalam mulutnya menghentikan gerakan tangannya. Dia berpikir sebentar, apa yang di katakan Syifa ada benarnya juga. Bibir bagian bawahnya dia gigit pelan sembari menerawang jauh kebelakang, apakah benar ada yang tak beres dengan hubungan Gavril dulu.

"Gak mungkin ada Melisya kalau gak ada rasa di antara mereka." Jawab Ica, Azzura mengangguk membenarkan ucapan sahabatnya. Karena itu juga yang Azzura pikirkan.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now