Part 15

49K 5.2K 289
                                    


Gavril tengah duduk di bangku taman dengan pemandangan anak kecil tengah bermain di sana. Yap, dia ke sana bersama Melisya. Dia hanya ingin menemani anaknya bermain dengan teman sebayanya. Tak melulu di rumah dengan pembantu serta pengasuhnya.

Menikmati sebatang rokok dan sejuknya udara sore lumayan menenangkan pikiran Gavril. Setelah seharian bekerja, ini waktu paling nikmat untuk mengistirahatkan pikiran dari beban di kantor. Pikirannya yang sudah lelah bekerja seharian dia istirahatkan sebentar sebelum besok kembali bergelut dengan aktivitasnya.

"Gak usah sok tahu ya, Bayik!" Ujar seseorang dengan suara sangat lantang dan kencang dari arah belakang Gavril.

Gavril menoleh dan tersenyum tipis saat melihat Azzura dan beberapa anak kecil tengah berdebat. Dia tak tahu apa yang di debatkan mereka. Yang jelas, Azzura sudah berkacak pinggang dengan wajah kesal. Mata melotot sesekali bibirnya mencibir membuat Gavril tak dapat menahan senyumnya. Apakah dia mengakui kalau Azzura adalah sosok gadis yang menggemaskan?

"Kak Zura ngaku aja. Kita semua tahu kok." Sahut ketua bocah menyebalkan tersebut.

"Tahu apa? Bocah ingusan kayak kamu emang tahu apa, ha?!"

"Kak Azzura sama Daddynya Melisya pacaran, kan?" tanya Alex dengan senyum mengejek. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dengan kepala terangkat sedikit, terlihat menantang memang.

"Dih, emang kamu tahu apa itu pacaran?"

"Tahu, waktu cewek sama cowok gandengan tangan itu mereka pacaran."

"Tapi aku sama Daddynya Melisya gak pernah gandengan tangan." Bantah Azzura tak terima.

"Tapi Daddynya Melisya megang bahu Kak Zura, kata orang-orang kalau dua orang beda kelamin terlibat kontak fisik itu mereka ada sesuatu." Jawab Alex dengan senyum semakin mengejek.

Azzura melongo dengan mata membelalak, siapa yang mengajari bocah ingusan penjelasan semacam itu. Padahal usia Alex baru saja menginjak di lima Tahun.

"Mending kamu ngurusin bakso Mang Yadi, daripada ngurusin orang gede."

"Mending Kak Zura juga belajar yang bener, padahal belum lulus SMA."

Azzura semakin melotot, jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah Alex dengan napas tak beraturan. Bagaimana bisa ada bocah semenyebalkan Alex. Apakah dulu ibunya ngidam makanan aneh-aneh, sampai punya anak senakal Alex.

"Daddynya Melisya mending buat Mama aku," tukas salah satu teman Alex.

"Siapa itu yang omong?" tanya Azzura cepat, dia meneliti satu-satu wajah teman Alex.

Namun, wajah bocah di barisan paling akhir membuat Azzura memicingkan matanya. Dia menunjuk Ringgo, bocah keturunan China sama seperti dirinya. Wajah menantangnya membuat Azzura tahu kalau tadi yang berbicara adalah dia.

"Heh, Bapak kamu itu lagi dinas di luar kota. Main nyariin Papa baru aja." Ujar Azzura kesal.

"Papaku yang sekarang gak seru, suka marahin kalau telepon." Jawab Ringgo.

"Ringgo, mending banyakin istighfar." Tutur Azzura dengan senyum manis. Dia berusaha tak marah dengan Ringgo, karena dia tahu rasanya di tinggal dinas keluar kota sangat tak mengenakan. Saat telepon yang ditanyakan hanya bagaimana nilai ulangannya. Hanya seputar pendidikan.

"Ringgo kan gak islam." Azzura menepuk dahinya kencang mendengar jawaban Alex. Dia lupa kalau tak semua orang beragama islam, kenapa dia bodoh sekali?

"Sepertinya hobi kamu bertengkar dengan anak kecil, Zura." Tukas seseorang yang berdiri di belakang tubuh Azzura.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang