Part 41

41.4K 5K 321
                                    

Gudang yang nampak begitu usang namun nampak begitu banyak orang dengan baju serba hitam serta wajah sangat sangar membuat lelaki tampan yang berdiri di baris paling depan tersenyum miring. Apakah ini saatnya dia kembali dari tidur panjangnya? Oh sepertinya iya, terlihat dari tulang-tulangnya yang mulai kaku karena lama tak berolahraga.

Dia berdiri dengan tatapan mata tajam serta raut wajah begitu datar, dia menatap satu persatu anggotanya yang sudah berkumpul. Ternyata baru separuh dari keseluruhan anggota. Tapi tak apa, masih ada hari lain untuk memberi pengumuman penting.

"Malam ini, kita akan kembali menarik mangsa yang sudah sangat lama berdiam dalam rumah. Dia sudah berani keluar dan memperlihatkan batang hidungnya, bahkan berani mendekati gadis saya. Saya minta, dua orang menjaga gadis saya. Dan lainnya terus menarik dia kedalam lubang yang sudah kita rencanakan dari lama." Tukasnya sebelum menyalakan ujung rokok yang sedari tadi dia apit di sela-sela jarinya.

"Pak, kita ngikutin sampai dalam sekolah?" tanya salah satu anak buah yang berdiri di ujung.

"Cukup jaga di depan gerbang, mulai dia masuk sekolah sampai pulang sekolah. Saya akan meminta rekaman cctv di semua ruangan sekolah, awasi gerak-geriknya. Dia luka satu centi saja, nyawa kalian taruhannya." Dia menghembuskan asap rokok keluar dari bibir dan hidungnya, matanya menyipit saat asapnya terasa pedih dimatanya.

"Untuk yang lain, yang masih ada keperluan diluar. Bagi info tentang gadis saya, termasuk fotonya. Saya tak mau ada kejadian gila seperti waktu itu, anak buah saya sendiri mencelakai majikannya."

Setelah selesai berbicara panjang lebar, lelaki dengan kemeja hitam, celana hitam serta sepatu hitam tersebut berjalan meninggalkan tempatnya. Saat melewati lelaki muda dibaris paling belakang, tangan kirinya menepuk pundaknya pelan.

"Selamat datang, balaskan dendam mu. Buat dia tahu kalau karma itu ada dan nyata!"

~~~

Hujan di pagi hari membuat gadis cantik dengan seragam sekolahnya lagi-lagi menghela napas panjang. Dia sudah siap berangkat sekolah, namun sopir dari ibunya ternyata sudah berangkat mengantar Lalita ke tokonya. Dan berakhir kini Azzura harus berjalan mondar-mandir di depan rumah menunggu sopir jemputan dari kantor Gavril sampai ke rumahnya.

"Non, ada yang jemput." Ujar satpam di rumahnya, dia datang membawa payung untuk menjemput anak majikannya. Azzura mengangguk dan mulai turun dari teras.

"Pak, ikut payungan dong. Masa iya cuma Zura yang pakai payung, Bapak hujan-hujanan." Tegur Azzura saat satpam dirumahnya berjalan di belakang Azzura. Bahkan tubuhnya tak tertutup payung.

Satpam yang sudah bekerja lama dengan keluarga Ervi tersebut tersenyum manis. Walaupun kehidupan Azzura saat ini jauh lebih baik dari dulu, bahkan juga lebih bahagia dari dulu. Tapi gadis itu masih tetap rendah hati dan memikirkan orang lain. Semua pekerja di rumahnya selalu mendoakan agar anak majikannya menemukan kebahagiaan baru, walaupun bukan dari keluarganya. Apalagi pembantu di rumahnya yang sudah bekerja lama maupun yang baru seperti Mina, pasti ingin melihat Azzura bahagia.

Sopir Gavril berjalan keluar saat melihat Azzura mendekat, dia membukakan pintu belakang untuk Azzura. Dengan senyum manis gadis itu masuk kedalam mobil disertai anggukan pelan saat sudah ada didalam mobil. Sopir dari kantor Gavril membalas senyum Azzura tak kalah manis. Lelaki paruh baya yang terlihat bukan orang sembarangan menurut Azzura.

"Langsung ke sekolah, Non?" tanyanya saat sudah duduk di bangku kemudi dan siap menjalankan mobilnya. Azzura mengangguk sembari menyisir rambutnya yang terkena tetesan air hujan tadi.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now