Part 56

31.5K 4K 274
                                    


Azzura turun dari mobil dengan wajah datar, dia datang untuk menemui Inka ditempat yang sudah mereka sepakati. Dia datang sedikit terlambat karena mengantar Melodi ke IGD, perempuan paruh baya itu terlalu syok melihat mantan suaminya datang untuk menjenguknya. Walaupun Azzura tak yakin kalau Papa dari Inka datang untuk menjenguk, pasti ada maksud lain.

"Ra?" panggil Inka dengan senyum manis. Azzura menoleh dan membalas senyum Inka tak kalah manis.

Kemungkinan besar, orang rumah Inka belum memberitahu Inka kalau bundanya dilarikan ke IGD. Terlihat Inka masih baik-baik saja bahkan tersenyum manis, kalau dia tahu sudah pasti Inka akan menggila. Melodi adalah hidup Inka, setelah ditinggal ayahnya. Inka hanya hidup berdua dan berjuang bersama Melodi.

Apalagi kondisi fisik Melodi yang lumpuh akibat kecelakaan. Sangat sulit untuk mencari kerja dengan kondisi seperti itu. Dan Inka harus berjuang untuk pengobatan bundanya, untungnya saat itu kondisi keluarga Azzura masih baik-baik saja. Jadi Ervi maupun Lalita masih bisa membantu. Melihat saudara dan keponakannya menderita, Lalita sungguh tak tega. Dia mengusahakan banyak cara agar Melodi dan Inka bisa bangkit kembali.

"Masih bisa senyum, Kak?" goda Azzura dengan kekehan pelan.

Inka merangkul leher adik sepupunya dan mengangguk pelan, "Kenapa gak boleh senyum? Ini hari kemenanganku." Balas Inka sumringah.

Azzura mengangguk dan tersenyum, dua perempuan itu berjalan beriringan memasuki sebuah gudang yang sudah disiapkan Santosa. Semua yang terjadi hari ini dibawah kuasa Santosa. Gavril saja hanya menonton, walaupun ada rasa ingin menghajar Nensi maupun Vina.

"Mas?" teriak Azzura saat melihat Gavril berada di pojok ruangan bersama sahabat-sahabatnya.

Gavril dan temannya menoleh seketika, Gavril sudah mulai terbiasa dengan panggilan dari Azzura. Tapi bagi teman-temannya? Itu terasa aneh dan menggelikan menurut mereka.

"Kapan nikahnya? Udah Mas aja." Ejek Santosa dengan kekehan pelan.

"Nyumbang berapa, Kak San?" tanya Azzura mengejek, dia sudah lumayan lama tak bertemu orang lain selain Gavril, Melisya dan juga pembantu serta pengawal rumah.

"Mempermalukan Gavril kalau kamu minta sumbangan sama Kakak, Ra. Kekayaan Kakakmu ini gak ada seujung kukunya kekayaan Gavril." Kekeh Santosa, dia nampak begitu santai padahal musuhnya sudah ada didepan mata.

Sedangkan Inka sudah menatap tajam tiga wanita yang sedang duduk dikursi tengah gudang. Napasnya memburu menahan amarah, tangannya sudah mengepal untuk menyalurkan emosinya.

"Aku gak nyangka kalau perempuan yang sudah merebut Ayahku jauh dibawah Bunda, dari segi penampilan ataupun lain sebagainya." Gumam Inka sangat tajam, Santosa berdiri dari duduknya. Dia mendekati kekasihnya, mengusap lembut bahu Inka untuk menahan amarahnya.

"Sabar, Beb." Bisik Santosa pelan, Inka menoleh dengan cepat dan berdecih pelan.

"Sabar? Kurang sabar aku selama ini? Bertahun-tahun mereka tertawa bahagia diatas penderitaanku dan Bunda. Bertahun-tahun mereka menikmati semua harta yang seharusnya menjadi milikku dan Bunda! Dan sekarang kamu nyuruh aku sabar? Kamu nyuruh aku sabar yang model gimana lagi?" tanya Inka penuh amarah.

Santosa hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan, dia juga tak tahu bagaimana kehidupan Inka sebelum bertemu dengan dirinya. Sakit hati seperti apa yang Inka rasakan sebelum bertemu dirinya, yang jelas saat mereka bertemu disebuah club. Inka adalah sosok yang sangat sulit didekati.

"Sudah berapa lama kalian bahagia diatas tangisanku? Sudah berapa lama kalian memperalat Ayahku? Sampai-sampai dia lupa kalau masih punya anak kandung. Sampai dia lupa kalau anaknya ini juga butuh setitik perhatian." Inka menarik dagu Ani, Mama Vina.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now