Part 33

43.3K 5K 364
                                    


Azzura berjalan menuruni tangga dengan lesuh, perasaannya sedang tak karuan saat ini. Padahal dia baru pertama kali pacaran tapi sudah mendapatkan masalah serumit ini. Perasaan hubungan orang lain terlihat baik-baik saja. Kalaupun ada masalah tak rumit seperti masalahnya dengan Gavril. Atau mungkin saja dia yang tak tahu.

"Zura?" panggil wanita paruh baya di atas kursi roda. Azzura menatap perempuan tersebut dengan senyum hangat.

"Bunda? Kesini sama siapa, Bun?" tanya Azzura sangat antusias.

Melodi tersenyum manis dan merentangkan tangannya. Dia sangat merindukan keponakannya yang satu ini, memang dia sudah lama tak berjumpa dengan Azzura bahkan keluarganya yang lain. Keadaan yang memburuk akhir-akhir ini membuat Melodi harus beristirahat lebih banyak.

"Sama Inka dan Santosa. Tapi, dia masih main kerumah temannya. Katanya teman Inka tinggal di komplek ini."

Azzura menganggukkan kepalanya pelan, dia sudah tahu siapa teman yang di maksud Melodi tadi. Pasti Gavril. Siapa lagi lelaki yang dikenali sepupunya kalau bukan Gavril.

"Kamu habis nangis?" suara bariton dari belakang tubuh Azzura membuat gadis tersebut menegang.

Melodi yang mendengar teguran itu sekarang menjadi fokus pada mata Azzura yang terlihat bengkak dan memerah. Azzura kalang kabut sendiri saat di perhatikan begitu intens oleh kakak dan tantenya.

"Iya, tadi habis lanjutin nonton drama China. Sad ending, jadi kebawa sampai dunia nyata gini deh." Sahut Azzura dengan senyum manis. Berusaha tetap baik-baik saja dan tak terlihat sedang dalam masalah percintaan.

"Jangan diulangi. Kamu mending nonton cartoon, Ra. Daripada nonton drama bikin gini." Tutur Kenzi yang berdiri di samping Kenzo.

Azzura hanya dapat mengangguk dan tersenyum manis. Memang apa lagi yang akan dia lakukan? Selain berpura-pura baik-baik saja. Azzura memeluk tubuh Kenzo dari samping, mendapatkan pelukan hangat adiknya Kenzo membalas pelukan Azzura. Sedangkan Kenzi mengusap puncak kepalanya pelan sebelum mencium keningnya.

Pada pukul empat sore hari, Inka memasuki kediaman Ervi dengan raut wajah sedikit masam. Entah apa yang terjadi, yang jelas Azzura sudah menelan ludahnya susah payah. Tatapan tajam Inka membuat nyali Azzura menciut.

"Ayo ngobrol sama Kakak, Ra." Ajak Inka.

Dia menarik pergelangan tangan Azzura, dengan pasrah Azzura mengikuti langkah kaki Inka. Entah kemana Inka membawanya.

"Ada apa, Kak?" tanya Azzura saat sudah sampai di taman belakang rumahnya.

Inka duduk di ayunan dan menatap Azzura yang masih berdiri di depannya. Inka tersenyum tipis dan menepuk sisi kosong sampingnya, dia meminta Azzura duduk di atas ayunan yang terbuat dari kayu bersama dirinya untuk mengobrol.

"Ra, kadang cinta itu lucu, ya."

"Lucu gimana?"

"Saat kita sudah benar-benar mencintai, menyayangi bahkan memilikinya. Ada saja orang lain yang ingin memiliki cinta kita, walaupun belum tentu cinta kita itu mau sama orang lain itu. Tapi, perasaan kita yang cemburu, kesal dan emosi. Lebih mendominasi diri kita dan gak bisa berpikir positif." Jelas Inka pelan. Kakinya mengayunkan ayunan dengan pelan.

Azzura terdiam saat tahu kemana arah pembicaraan Inka. Dia tahu betul yang di bahas Inka saat ini adalah masalahnya.

"Mencintai seseorang itu kodrat dari Tuhan. Kita gak pernah tahu sama siapa kita jatuh cinta, sama siapa kita akan menikah nanti. Kamu lihat, Kak San sama aku udah pacaran berapa lama? Tapi belum nikah juga, padahal kita saling mencintai. Ya, aku mikirnya Tuhan masih punya rencana indah di dalam hubunganku ini. Dan berpikir, lebih baik punya masalah besar di saat hubungan masih pacaran. Daripada sudah menikah baru tahu sifat-sifat bahkan hal yang gak pernah kita duga sebelumnya."

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now