Part 7

49.3K 6K 500
                                    


Pagi ini, Azzura sudah siap berangkat sekolah. Gadis muda dengan tinggi 165 cm tersebut tengah berputar-putar didepan cermin. Untuk memastikan apakah penampilannya sudah sempurna? Atau masih ada cela?

"Orang kalau dari lahir udah cantik. Mau di apa-apain juga cantik, suka heran sama diri sendiri. Kapan gue jeleknya."

"Orang-orang pernah iri gak sih sama gue? Pernah kali ya. Cuma gak di perlihatkan aja. Azzura gitu loh."

Tak berapa lama, ponselnya berdering. Nama Ica terpampang di layar ponselnya. Azzura segera meraih ponselnya yang berada di atas meja rias.

"Halo?"

"Gue gak masuk, nanti tolong izinin. Mak gue lagi berkabung. Sweety meninggoy."

Azzura menjauhkan ponselnya dan menatap layar yang menyala. Dia berdecak dan menggeleng pelan.

"Alasan bolos lo gak bermutu, Ica."

"Yah, kebaca ya? Gue lagi mau pergi sama Refian. Nyari kado ultah buat orang tuanya."

"Iya udah, lo bikin surat suruh tanda tangan mak lo. Nanti titip ke Elsa atau siapa gitu."

"Siap, makasih Azzura."

~~~

Di perjalanan berangkat sekolah, Azzura menarik napasnya panjang sebelum melanjutkan langkah kakinya melewati rumah Gavril. Dia tak sanggup jika harus bertemu Gavril maupun Melisya. Entah kenapa, kejadian beberapa hari yang lalu di pantai terus berputar di otak Azzura. Bagaimana cara Gavril menatapnya, perhatian kecil walaupun di balut dengan ejekan.

"Astagfirullah." Gumam Azzura pelan, dia melihat makhluk berbulu tengah berlarian di depan gerbang rumah Gavril.

Detak jantungnya berdetak tak normal, siapa yang melepaskan mahluk berbulu itu? Memang bagi sebagian orang anak kucing adalah makhluk paling lucu, menggemaskan bahkan kalau bisa di telan mereka akan menelannya saking gemasnya. Tapi itu sama sekali tak berlaku untuk Azzura Aquilla Ginervia. Menurutnya kucing kecil adalah musuh bebuyutannya.

"Melisya antek-antek kamu!" teriak Azzura kencang saat kucing milik Melisya menatap Azzura dan mulai berjalan mendekati gadis muda tersebut. Tatapan mata polos dari kucing tersebut membuat Azzura bergidik ngeri, menatap Azzura seperti tak punya dosa sama sekali.

Di sisi lain, Gavril yang tengah duduk diruang tamu segera menutup koran yang sebelumnya dia baca. Gavril berlari keluar rumah tatkala mendengar teriakan Azzura. Sampai didepan rumah, Gavril melihat Azzura tengah berlari berputar-putar untuk menghindari Tiki. Namun, bukannya berhenti mengejar Tiki justru semakin semangat, anak kucing itu mengira jika Azzura mengajaknya bermain.

Gavril menggeleng pelan dan mengusap wajahnya kasar. Teriakan membahana Azzura masih terdengar begitu jelas. Azzura masih berputar-putar di tengah jalan komplek dengan mata terpejam. Kedua tangannya memegang tali tas sekolahnya sangat erat.

"Kenapa, Dad?" tanya Melisya dengan baju tidur masih melekat di tubuhnya.

"Bawa Tiki masuk, Kak Azzura takut." Melisya ikut memperhatikan Azzura dan Tiki yang tengah berlarian.

"Tiki! Kak Zura takut sama kamu, jangan dikejar." Teriak Melisya tak kalah kencang dengan teriakan Azzura.

Azzura terus berteriak dan berlari. Melisya segera berlari dan mengangkat kucingnya, dia mencium kening Tiki gemas. Sedangkan Gavril tersenyum miring saat Azzura masih terus berlari memutar.

Saat ada di dekatnya, Gavril menarik pinggang Azzura. Azzura yang terkejut menabrak dada bidang Gavril. Melisya yang melihat Gavril dan Azzura berpelukan segera pergi, dia tak mau ikut campur urusan papanya.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now