Part 30

49.4K 5.1K 420
                                    

Wajah ditekuk Azzura membuat Gavril lagi-lagi harus menghela napas panjang. Tak bisa dibujuk, diajak bicara selalu bernada ketus. Menatap wajah Gavril saja gadis itu tak mau. Gadis cantik itu marah bukan tanpa sebab, dia tak tahu kalau Gavril mengajaknya menginap di rumah Melati.

Dia mengira kalau sore atau malam sudah pulang. Tak sampai menginap seperti saat ini, dan yang membuat Azzura semakin kesal. Ternyata Gavril sudah izin dengan Ervi dari beberapa hari yang lalu. Azzura tak tahu kalau Gavril dan Ervi sering mengobrol dan bertemu. Dan juga kenapa Ervi mengizinkan anak gadisnya dibawa meginap om-om seperti Gavril ini?

"Sudahlah, Sayangnya Gavril." Ujar Gavril untuk kesekian kalinya.

Azzura berdecih pelan dan memalingkan wajahnya. Tangannya memeluk Melisya dari belakang, gadis mungil yang tak tahu apa-apa itu hanya dapat menatap Daddy dan calon mamanya secara bergantian. Tanpa mau bertanya, karena dia merasa itu bukan urusannya.

"Mau apa? Nanti saya belikan, boneka baru?"

"Meli mau!" Teriak Melisya kencang, Azzura yang tengah memeluk Melisya segera melepaskan pelukannya karena terkejut.

"Iya, nanti Meli satu Kak Zura satu." Jawab Gavril tenang, dia turun dari sofa dan duduk di samping Azzura.

"Kata Oma harus manggil Kak Zura Mama sekarang, dia kan calon Mama baru Melisya."

Azzura menelan ludahnya susah payah, kalau sudah begini. Pasti hubungan mereka akan sangat serius, walaupun ada badai di depan mereka. Pasti akhirannya akan menikah. Siap tak siap, itu sudah menjadi pilihan Azzura. Dia mau membiarkan Gavril masuk ke hatinya. Jadi dia sudah siap dengan semua resikonya.

"Panggil Kak Zura aja dulu. Kalau Kak Zura sudah nikah sama Daddy, baru kamu panggil Mama. Oke?" Gavril mengacungkan jari kelingkingnya. Melisya tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya pada kelingking ayahnya.

Azzura yang melihat itu ikut tersenyum, dia bisa merasakan kehangatan keluarga Gavril saat ini. Walaupun dia tahu kalau Melisya bukan anak Gavril, tapi lelaki itu mau menyayangi Melisya layaknya anak sendiri.

"Mau jalan-jalan? Kebetulan saya ada waktu beberapa jam." Tawar Gavril sembari menatap jam dinding yang ada di atas pintu kamarnya.

Azzura menggeleng dan kembali cemberut, dia sangat konsisten dengan rasa marahnya. Ya walaupun Melati dan Gilbert memperlakukan Azzura dengan sangat baik, tapi tetap saja dia merasa tak enak. Dia belum menyandang status istri Gavril. Jadi masih ada rasa sungkan.

"Gak jawab berarti iya," ujar Gavril pelan, dia berdiri dari duduknya dan mengusap rambutnya pelan yang terlihat masih basah.

"Enggak!" Jawab Azzura cepat. Gavril menunduk dan tersenyum manis.

"Gak nolak kan maksudnya?" tanya Gavril, dia mengedipkan sebelah matanya di iringi senyum manis.

Azzura mendengkus kesal, dia ikut bangun dan mau tak mau harus menuruti keinginan Gavril. Dia menginap disini juga tak enak kalau hanya berada dikamar saja. Tapi kalau diluar, Azzura suka kelabakan menjawab pertanyaan Melati yang menurutnya diluar nalar.

Dari kejadian hari ini, dia tahu betul darimana Melisya selalu memiliki pertanyaan diluar nalar. Yap, itu semua dari sang Oma. Dan itu pasti tak dapat diganggu gugat.

"Gak ikut, Mel?" tanya Azzura saat Melisya masih sibuk dengan buku gambarnya.

"Enggak, nanti Oma mau bawa Melisya ke rumah tetangga. Mau pamer calon menantu baru." Jawab Melisya dengan wajah sangat polos. Azzura mendelik dan menatap Gavril yang sedang membuka pintu kamar.

"Biarkan saja, suka-suka Mama. Kalau dilarang biasanya lebih parah." Tutur Gavril menenangkan Azzura yang terlihat terkejut.

Azzura hanya dapat mengangguk dengan pasrah. Dia tak bisa berkutik sama sekali disini, hanya dapat mengiyakan semua ucapan Gavril. Lagipula Gavril dan keluarganya juga tak minta aneh-aneh.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz