Part 9

48.2K 5.3K 135
                                    


"Om Gavril?" gumam Azzura saat melihat seorang lelaki tampan tengah duduk didalam mobil dengan pandangan fokus pada layar ponselnya.

Azzura menelan ludahnya susah payah. Percayalah, dia sungguh tak ingin bertemu Gavril. Entah kenapa, Gavril menjadi sosok yang Azzura hindari saat ini.

Namun, disisi lain Azzura juga harus ke halte bus. Dan halte tersebut berada di sebelah mobil Gavril yang dia parkirkan pada bahu jalan. Seluas kota tempat tinggal Azzura, apakah tak ada tempat lain untuk Gavril lewati. Kenapa harus sama dengan Azzura?

"Ayo, Zura. Dia cuma tetangga yang biasa aja. Sama kayak Alex dan yang lainnya." Ujar Azzura, dia berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Dengan tarikan napas panjang, Azzura mulai berjalan mendekati mobil Gavril. Atau ke halte bus lebih tepatnya. Perasaan campur aduk semakin terasa saat sudah didekat mobil Gavril. Dia berjalan pelan dengan tatapan mata fokus mengarah ke depan.

"Azzura?" Gumam Gavril pelan, dia melihat gadis manis dengan dress bunga-bunga serta outer berwarna merah.

Dengan rambut yang dibiarkan tergerai, semakin membuat Azzura terlihat cantik. Gavril memang mengakui kalau Azzura cantik, bahkan sangat cantik. Untuk gadis seusia Azzura, gadis itu adalah gadis yang paling cantik di mata Gavril daripada gadis lain yang masih duduk di bangku SMA.

"Azzura?" panggil Gavril saat Azzura melewati mobilnya.

Azzura berkedip dalam tempo cepat dan berdeham pelan. Dia menoleh dan pura-pura terkejut saat melihat Gavril. Bibirnya menganga di susul telapak tangan kanannya menutup bibirnya yang terbuka lumayan lebar, agar terlihat shock.

"Om Gavril? Ngapain di sini?" tanya Azzura di iringi senyum lebar, matanya yang berkedip beberapa kali membuat Gavril tersenyum miring.

"Cod sama temen," sahut Gavril pendek.

Azzura mengangguk pelan, kalau tak ada basa-basi panjang dari Gavril. Buat apa tadi dia memanggil. Azzura juga bukan tipe yang bisa basa-basi.

"Kamu mau kemana?" tanya Gavril menatap penampilan Azzura dari atas sampai bawah.

Azzura mengikuti arah pandang Gavril, decakan kesal keluar dari bibir Azzura tat kala Gavril masih memperhatikan gaya berpakaian Azzura. Padahal dia merasa bajunya biasa saja dan masih normal.

"Ke mall, di rumah lagi kosong gak ada siapa-siapa." Jawab Azzura dengan senyum yang masih bertahan di bibirnya.

"Wait? Kayak kenal adegan ini?"

"Shit, dejavu." Teriak Azzura dalam hati.

Napasnya kembali tak beraturan saat mengingat mimpinya beberapa hari yang lalu. Yang membuat Azzura panas dingin saat ini adalah ingatan pada saat Gavril menyatakan rasa, dan mengajak Azzura memulai hubungan.

"Itu cuma mimpi, Zura. Gak usah mikir aneh-aneh." Gumam Azzura pelan.

Gavril yang mendengar gumaman Azzura menaikan sebelah alisnya. Dia belum menjawab ucapan Azzura, tapi kenapa gadis tersebut sudah bergumam tak jelas?

"Mau bareng? Saya sekalian beliin kado buat temen yang baru lahiran."

Azzura menelan salivanya susah payah. Sepertinya waktu, kegiatan dan Tuhan tak merestui Azzura untuk menghindari duda satu ini. Terbukti, kemanapun Azzura pergi. Pasti akan bertemu Gavril. Entah Tuhan memiliki rencana apa untuk Azzura dan Gavril. Yang jelas, rencana tersebut berbeda dengan keinginan Azzura.

"Tadi katanya lagi nunggu temen, Om? Gak jadi?" tanya Azzura berusaha menolak ajakan Gavril.

"Jadi, cuma dia masih di perjalanan. Saya sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, dan dia selalu bilang kalau masih diperjalanan."

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now