Part 46

36.2K 5.6K 1K
                                    


Pukul empat sore, Gavril masih kelimpungan memutari kota untuk mencari Azzura yang hilang entah kemana. Dia sudah menyusuri setiap tempat  mulai dari cafe, hotel, taman, dan tempat-tempat lainnya. Gavril berusaha sangat keras mencari pujaan hatinya.

Gavril juga dibantu sahabatnya serta anak buah sahabatnya untuk mencari Azzura. Padahal Gavril sudah memberi penjagaan yang ketat untuk Azzura agar gadis itu tak melakukan hal gila karena hatinya masih kacau. Dia tahu betul seperti apa Azzura, walaupun belum genap satu Tahun bersama.

"Yakin lo nunggu disini?" tanya Tio sembari duduk disamping Gavril yang sedang duduk dibangku taman kota. Tempat yang sangat sering Azzura datangi saat dia ada masalah.

"Dia kalau ada masalah apapun pasti datang kesini, gue yakin nanti dia akan kesini." Sahut Gavril, dia sudah seharian mencari Azzura. Dan saat ini jam menunjukkan pukul empat sore hari. Jadi sangat jelas kalau seharian mereka mencari Azzura.

Para anak buah Gavril maupun anak buah sahabatnya semua ikut mencari Azzura. Mereka tak mungkin membuat Gavril melewati semua masalahnya sendiri, sedari kecil mereka sudah terbiasa bersama dan saling membantu. Dan sampai kapanpun akan selalu seperti itu.

"Lo gak takut kalau Zura di apa-apain?" tanya Tio setelah mereka lama terdiam.

"Gue gak tahu, pikiran gue kacau saat ini. Gak bisa mikir apa-apa."

Tio menepuk pundak Gavril pelan, lelaki yang biasa dia lihat begitu dingin dan selalu menyelesaikan masalah dengan sangat cepat. Kini terlihat sangat kacau dengan penampilan acak-acakan.

"Vril, anak buah gue udah cek apartemen Vina. Gak ada siapapun di sana. Satpamnya juga bilang kalau Vina udah lama gak pulang." Ujar Edward yang baru datang dengan napas tak beraturan.

Gavril mendongak dan menatap Edward, dia mengangguk pelan sebelum tersenyum tipis. Dia sudah tahu kalau Vina tak berada di apartemen. Anak buahnya memang sudah memata-matai Vina beberapa minggu ini.

"Maaf, Pak. Nyonya dibawa Vernandi ke hotel, dan saat ini mereka sudah meninggalkan hotel. Mereka meninggalkan Nyonya sendiri dikamar hotel, kondisi Nyonya masih tak sadarkan diri." Lapor salah satu anak buahnya.

Gavril segera berdiri dan berlari menuju mobilnya, Bachtiar yang melihat itu segera mengikuti Gavril. Dia tak mungkin membiarkan Gavril mengemudi mobilnya sendiri disaat kondisi fisik dan batinnya sangat kacau.

"Lo nyalahin Azzura karena masalah ini?" tanya Bachtiar saat sudah menjalankan mobilnya.

Didalam mobil ada empat orang, Gavril, Bachtiar, Tio, dan Edward. Sedangkan Vernandi dan Santosa sudah dihubungi dan mereka juga menuju ke hotel yang disebutkan pengawal Gavril.

"Gue gak mungkin nyalahin dia, gue akan menyalahkan diri gue sendiri. Karena kelalaian gue dia jadi kayak gini. Kalau sampai Azzura kenapa-napa, gue gak akan maafin orang yang terlibat masalah ini. Dan gue gak akan memaafkan diri gue sendiri."

"Lo gila, Vril!" tukas Edward di bangku belakang.

Gavril menoleh dan menatap Edward tajam, napasnya begitu memburu membuat Tio yang melihat itu berusaha menenangkan Gavril. Dia tak mungkin membuat suasana semakin keruh didalam mobil.

"Lo bilang gue gila? Iya! Lo pernah tahu apa yang gue rasain sama Azzura? Lo pernah tahu gimana gue jatuh cinta sama gadis setelah sekian lama? Lo bilang gue gila! Iya gue gila! Gue emang gila, Ward! Gue gila! Orang yang gak pernah ada diposisi gue akan berpikir gue gila!"

"Gue gak pernah dicintai perempuan seperti Azzura mencintai gue. Gue gak pernah tahu rasanya di perhatikan seperti Azzura memperhatikan gue. Cinta pertama gue di sukai sahabat gue sendiri, gue relain dia karena gue tahu dia sangat mencintainya lebih dari gue mencintai dia. Gue disuruh nikah sama cewek yang gak pernah gue tahu asal-usulnya, gue harus jadi ayah disaat kondisi gue belum siap jadi ayah. Gue dipaksa tahan dengan semua keadaan gila di masa lalu, dan saat gue jatuh cinta dan berjuang buat gadis yang gue cinta lo bilang gila? Bertahun-tahun gue hidup sama orang yang gak pernah gue cintai, gue dipaksa terlihat mencintai dan menyayangi istri gue demi Melisya. Biar gak menciptakan trauma masa depan buat Melisya, karena gue tahu dia juga gak mau punya kehidupan kayak gini. Gue berjuang hidup di kehidupan yang lalu bersama orang yang gak pernah gue cintai, dan saat gue mencintai gadis lo bilang gila? Iya gue gila buat Azzura!"

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang