Part 58

33.4K 3.7K 297
                                    


Azzura, Melisya dan Gavril berjalan berdampingan memasuki sebuah butik tiga lantai milik kekasih Kenzo. Azzura memang memakai rancangan Widi untuk pernikahannya, daripada bingung mencari designer yang cocok dengan seleranya. Lebih baik yang sudah jelas saja. Rancangan Widi juga tak kalah bagus dengan designer yang sudah terkenal.

"Adik ipar Kak Widi!" teriak Widi di sudut ruangan Lantai satu. Terlihat beberapa pengunjung butik Widi menoleh saat mendengar teriakan membahana dari pemilik butik.

"Wah, berapa lama gak ketemu? Badan Kak Widi udah jauh lebih seksi." Puji Azzura sembari memperhatikan tubuh calon kakak iparnya.

Widi ikut menunduk memperhatikannya tubuhnya sendiri, memang berat badannya turun lumayan banyak setelah menjalani diet. Sebenarnya kalau dilihat dari postur tubuh, Widi masih dalam batas wajar. Tak gemuk, bahkan badannya terkesan bagus. Hanya saja perutnya yang buncit membuat penampilannya sedikit terlihat berisi.

Sudah banyak cara yang Widi lakukan untuk mengecilkan perut. Namun tak ada yang berhasil, namun setelah sekian lama akhirnya Widi menemukan ramuan yang cocok untuk mengecilkan perut diimbangi dengan olah raga setiap hari. Usahanya benar-benar tak sia-sia.

"Berkat dorongan Kakakmu juga, kalau gak ada dia mungkin masih stuck ditempat yang sama. Lihat, perutku udah gak buncit dong." Widi berkata dengan sangat bangga.

Azzura mengangguk dan segera memeluk tubuh Widi, dia memberi apresiasi untuk calon kakak iparnya. Biar bagaimanapun pasti Widi sudah berusaha keras untuk menurunkan berat badan serta meratakan perutnya.

"Selamat!" teriak Azzura sangat antusias.

Gavril yang melihat dua gadis tersebut tersenyum miring, kapan lagi melihat dua saudara ipar rukun. Biasanya ipar itu banyak yang tak akur, entah beda pendapat, iri dengan adik iparnya atau sebaliknya. Jadi, Gavril lumayan senang saat melihat Azzura dan Widi sangat akur bahkan terlihat seperti saudara sendiri.

"Eh, ayo keatas baju kamu ada di lantai tiga."

Azzura menatap Gavril, lelaki itu hanya mengangguk mengisyaratkan kalau dia setuju. Akhirnya, setelah penantian panjang. Gavril bisa memakai baju pengantin dengan gadis yang dia cintai, bisa merasakan bagaimana rasa grogi saat akan ijab qobul. Dulu, dia biasa saja. Tak merasakan khidmatnya ijab qobul. Namun saat ini, dia benar-benar merasakan apa yang dirasakan pengantin lain.

"Nah, ada empat, kan? Putih tiga yang satu untuk preweed, satunya akad nikah dan yang dua untuk resepsi. Benar, kan?" tanya Widi sembari membuka lemari kaca."

Azzura berdiri berdampingan dengan Gavril, dia menatap baju itu dengan senyum mengembang. Benar-benar mimpi akan menjadi nyata, ini bukan hanya bunga tidur. Namun kenyataan.

"Mau coba?" tawar Gavril, Azzura mengangguk dengan semangat. Widi terkekeh pelan dan mulai mengambil semua satu persatu gaun Azzura, dia membawa adik iparnya menuju ruang ganti.

Sebelumnya, ditempat ini juga Widi shock saat tahu Azzura berhubungan dengan Om-om. Bukannya berpikiran buruk, namun Widi was-was saat tahu Azzura menjalin asmara dengan duda. Pikiran buruknya mengarah pada hal yang tidak-tidak, seperti ONS, pemain wanita dan lain sebagainya.

Azzura mencoba gaunnya dengan senyum manis menghadap kaca, dia tak sabar mau menemui calon suaminya. Dengan kedua tangan mengangkat bagian depan rok gaun yang mengembang. Azzura mulai berjalan keluar ruangan. Senyum yang awalnya terukir indah di bibirnya berubah menjadi satu harus lurus saat melihat ada siapa saja di sofa bersama Gavril.

"Cantik sekali anak Mama." Puji Lalita begitu antusias.

Ibu empat anak tersebut segera menghampiri anak gadisnya, memeluk tubuh Azzura begitu erat. Seakan mengatakan kalau dia sangat merindukan anaknya, beberapa hari lalu saat di pemakaman Melodi. Lalita tak terlalu fokus pada anaknya, karena suasana berduka.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now