Part 59

36.1K 4.4K 488
                                    


Azzura menghembuskan napasnya panjang saat tak sengaja melihat Ervi dan istrinya dari kejauhan. Azzura saat ini pergi ke mall bersama dua sahabatnya untuk membeli pakaian dinas malam, sebentar lagi dia menikah. Jadi, pakaian dinas harus dia beli walaupun tak tahu akan dia pakai atau tidak. Masih agak malu.

"Itu Papanya Mommy," tunjuk Melisya saat melihat Ervi. Padahal Azzura sudah berusaha untuk pura-pura tak melihatnya, rasa sakitnya masih begitu terasa walaupun waktu sudah berlalu.

Azzura tak menjawab ucapan Melisya, dia segera menarik pergelangan tangan anaknya menjauh dari tempat yang juga ditempati Ervi. Dua sahabat Azzura yang mengerti kondisi sahabatnya hanya mengikuti langkah kaki gadis itu, tak bertanya panjang lebar.

Ervi juga hanya menatap anaknya dari kejauhan, walaupun dia juga ingin menemui Azzura. Tapi dia tahu kalau saat ini adalah momen menuju hari bahagia Azzura. Jadi, dia tak mau merusaknya.

"Kenapa, Mas?" tanya wanita paruh baya yang usianya tak jauh dari Ervi.

"Gak apa-apa, kamu pilih saja. Aku tunggu diluar," pamitnya pada Novi, istrinya.

"Gak mau menemui Azzura?"

"Enggak, kamu pilih baju saja." Novi hanya mengangguk, dia kembali memilih baju untuk dirinya sendiri dan anaknya.

Disisi lain, Azzura duduk disebuah cafe dengan perasaan campur aduk. Marah, kesal, kecewa, sakit hati dan perasaan tak enak lainnya. Setelah beberapa waktu lalu dia melihat Ervi menyanjung Lalita. Ada rasa lega di hati Azzura, walaupun dia juga tak berharap orang tuanya akan rujuk. Tapi perasaan lega itu ada, entah apa yang dia pikirkan saat itu.

"Mom? Buka mulutnya." Tegur Melisya sembari menggoyangkan sesendok es krim tepat didepan wajah Azzura.

Seketika Azzura tersentak dan reflek membuka bibirnya, Melisya tersenyum manis saat Mommynya menerima suapan eskrimnya yang tak seberapa. Azzura baru tersadar ketika dinginnya eskrim memenuhi mulutnya, dia menunduk dan mengusap puncak kepala Melisya lembut.

Syifa dan Ica menahan senyumnya saat melihat interaksi calon ibu dan calon anak itu. Terlihat begitu menggemaskan, walaupun tak terlihat seperti anak dan ibu. Tapi terlihat seperti adik dan kakak.

"Lo udah daftar, Ra?"

"Udah, Syif. Mas Gavril sih yang ngurus semuanya gue tinggal terima beres dan berangkat bulan depan." Sahut Azzura, dia menyandarkan punggungnya pada sofa. Punggungnya lumayan nyeri karena berdiri terlalu lama di mall.

"Lo mau kursus apa sih? Gak baca chat grub gue." Tanya Ica penasaran.

"Bikin kue, rencana gue mau buka usaha toko kue gitu. Gue udah bisa tahap awalnya tinggal mengembangkan lebih lagi."

"Kalaupun lo gak buka usaha dan kursus, masa depan lo udah terjamin sama Om Gavril. Gak kayak kita abu-abu monyet gini." Kekeh Syifa, tangannya memukul punggung Ica lumayan kencang. Ica menoleh dan menatap tajam sahabatnya, pukulan dari Syifa sungguh membuat jantungnya seakan berhenti berdetak dalam beberapa detik.

Azzura menggeleng melihat tingkah sahabatnya, namun dia juga menikmati obrolan ringan siang ini. Sebentar lagi dia akan berkeluarga, waktunya akan terfokus pada suami dan anaknya. Jadi, lebih baik Azzura menikmati setiap momen masa gadisnya.

"Lo cuma beli dua? Serius?" tanya Ica setelah lama terdiam, Azzura mengangguk pelan. Dia terlalu sibuk dengan ponsel yang sedari tadi berisi pesan dari sang calon suami yang kini ada dikantor.

"Bisa dicuci kali, Ca. Lagipula gak mungkin gue gituan tiap hari."

"Dia duda, setahun lebih gak begituan. Selalu nahan walaupun pengen banget lihat body lo yang aduhai ini. Lo yakin setelah sah doi bakalan nahan gak tiap hari?" goda Ica, dia tersenyum miring dan menyodorkan ponselnya berisi berita tentang malam pertama yang viral.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang