Part 45

37.3K 4.6K 381
                                    

Maaf kalau ada typo maupun kata gak jelas, jarinya masih lumayan error. Tolong bantu menandai, ya.
Happy reading.

~~~

Danau buatan dipinggiran kota menjadi tempat paling nyaman untuk menyendiri dan menenangkan pikiran. Itu menurut beberapa orang yang pernah kesana. Dan saat ini, Azzura tengah duduk dibangku samping danau untuk mencari ketenangan seperti orang-orang lain yang ada disana juga. Ternyata tak terlalu buruk seperti review orang-orang dilaman internet.

"Untung gue berhasil mengelabui orang-orang Om Gavril." Gumam Azzura pelan sembari membuka tutup botol air mineralnya. 

Tadi pagi saat dia hendak berangkat sekolah diantar sopir Gavril tentunya. Azzura berkata ingin mampir sebuah toko kue dan membeli beberapa kue kering, namun siapa sangka itu hanya alibi Azzura karena ingin pergi sendiri dan menangkan hatinya. Dia keluar lewat pintu belakang toko, kebetulan toko itu milik adik Lalita, ibunya Inka. Dan ... Ya Azzura berhasil keluar dari penjagaan ketat dari Gavril.

Kalau dibilang heran, pasti Azzura merasa heran. Bagaiman bisa Gavril meminta empat lelaki bertubuh besar-besar untuk menjaga seorang gadis mungil seperti dirinya. Sangat tak masuk akal menurutnya.

"Bolos sekolah demi memandang sebuah danau sepertinya hal yang sangat konyol." Tegur suara bariton dari belakang tubuhnya.

Deg, jantung Azzura terasa seperti berhenti berdetak. Benarkah itu suara orang yang seharusnya Azzura hindari? Benarkah itu suara orang yang ada didalam list hitam Gavril? Setelah meyakinkan hatinya cukup lama, dia menarik napasnya panjang dan menoleh.

Benar, Vernandi berdiri di belakang tempat duduknya sembari tersenyum manis. Kaca mata yang biasa dia pakai juga masih tersimpan rapi di atas hidung mancungnya. Yang ada di sana saat ini Vernandi gurunya, bukan sahabat Gavril yang pernah dia temui saat liburan itu. Walaupun mereka memiliki nama yang sama. Tapi mereka adalah dua orang yang sangat berbeda.

"Sepertinya masalah keluargamu begitu serius, sampai kamu menenangkan diri disini." Kekehnya sembari berjalan mendekati Azzura.

Melihat Vernandi semakin mendekat, Azzura berdiri dari duduknya. Memeluk tas sekolahnya untuk menutupi dadanya. Walaupun di sana juga ada beberapa orang, tapi tetap saja ada rasa takut dalam diri Azzura.

"Kamu takut dengan gurumu sendiri? Itu bukan hal yang sopan, Zura." Imbuhnya, dia duduk ditempat Azzura tadi.

Bangku panjang di cat putih itu memang muat untuk di duduki berdua, bahkan bertiga. Tapi tak mungkin juga dia duduk bersama orang yang Gavril tak suka. Bisa menjadi gosip hangat dan juga, dia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Gavril nanti.

"Minum," Vernandi mengulurkan sebotol minuman.

Dengan tatapan mata menyipit, Azzura tak langsung menerima minuman dari Vernandi. Melihat reaksi Azzura. Vernandi terkekeh pelan dan menggeleng, gadis itu benar-benar takut padanya.

"Saya tak akan melakukan macam-macam sama kamu. Di sisi lain kamu kan murid saya, sisi lainnya kamu bukan gadis yang pantas dilecehkan."

Azzura menatap wajah Vernandi yang mulai terlihat ramah, dengan tarikan napas panjang. Azzura berjalan pelan dan menerima sebotol minuman yang Vernandi ulurkan. Setelah menerimanya, Azzura duduk di bangku paling ujung. Niatnya menenangkan pikiran musnah sudah saat kedatangan Vernandi.

"Kamu tahu, saya juga suka datang kesini saat ada masalah. Dan ya, hati terasa lebih tenang karena suasana yang tenang, udara sejuk, dan pemandangan hijau yang menyegarkan mata." Gumam Vernandi pelan dengan tatapan mata fokus pada satu titik, bebek yang berenang ditengah danau.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now