Part 39

40.2K 5.4K 569
                                    


Azzura masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Sesekali dia berguling ke kanan maupun ke kiri, mencari posisi paling nyaman untuk memulai tidur. Memang Azzura memiliki kebiasaan untuk berguling-guling tak jelas sebelum memulai ritual tidur. Bagi sebagian orang, saat sudah bertemu bantal dan guling. Mereka bisa tidur dengan lelap. Tapi berbeda dengan Azzura. Dia akan mencari posisi paling nyaman, entah nungging, kepala di bawah kaki di angkat dan di sandarkan pada kepala ranjang. Bahkan, Azzura pernah mencoba tidur dengan posisi kepala bergelantung di bawah, dan kaki kasih berada di atas ranjang.

Agak mengerikan memang. Tapi, itu sudah menjadi kebiasaan Azzura. Dan tak ada yang bisa merubahnya. Azzura juga memiliki ketakutan besar pada kolong tempat tidur. Saat hendak bangun, atau dia terbangun di tengah malam dan berencana untuk turun dari tempat tidur. Pasti Azzura akan menurunkan sebelah kakinya lalu menggoyang-goyangkannya pelan. Dia hanya ingin mengecek, apakah di kolong tempat tidurnya ada sesuatu yang akan menarik kakinya saat dia turun dari ranjang. Atau hal-hal lain yang berbau mistis.

"Daddy masih dipengaruhi obat perangsang gak, ya?" gumam Azzura pelan. Dia menatap langit-langit kamar hotel sembari berpikir. Apakah dia akan tetap berada di sana, atau dia harus pergi?

Bayangan hal-hal kotor dan tak pantas sudah ada di otak Azzura. Otak kecil di balik kepala mungil itu berpikir begitu keras. Bahkan butiran-butiran keringat kecil sudah keluar di pelipisnya, oh tidak itu terlalu berlebihan sepertinya. Azzura hanya berpikir dengan jantung berdetak secara abnormal.

"Zura? Ambilkan handuk saya tolong." Teriak Gavril dari dalam kamar mandi.

Azzura menelan ludahnya susah payah, dia menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut berwarna putih milik hotel. Matanya terpejam sangat rapat, embusan napasnya yang tak beraturan terdengar begitu jelas kalau dia sedang grogi. Bibir bawahnya dia gigit pelan sembari berpikir, apakah dia harus mengambilkan handuk untuk Gavril? Atau dia tetap bertahan di dalam selimutnya?

Sedangkan, di dalam kamar mandi. Gavril masih mengusap beberapa bagian tubuhnya yang dia rasa belum bersih. Sembari menunggu kekasihnya mengambilkan handuk yang dia minta. Namun, lama dia menunggu tak ada tanda-tanda Azzura akan datang membawakan handuk maupun menolak perintah Gavril.

"Azzura, saya serius. Kamu bawakan saya handuk atau saya keluar tanpa handuk?" teriak Gavril lagi.

Azzura sembari berkeringat dingin. Dia berada di pilihan yang begitu sulit. Kalau dia mengantarkan handuk untuk Gavril, otomatis duda itu akan membuka sedikit pintu kamar mandi dan memberikan celah agar tangan Azzura bisa masuk. Kalau tangan Azzura sudah masuk, takutnya tiba-tiba Gavril menarik pergelangan tangannya. Seperti yang ada di video-video pasutri di sebuah aplikasi yang lagi trending.

"Kalau gue nganterin handuk, bisa di pastikan Om Gavril narik nih tangan mulus nan lembut ini. Tapi, kalau gak gue anterin. Om Gavril keluar dengan belalai gajah melambai-lambai, apalagi kondisinya masih dalam pengaruh obat perangsang."

"Zura! Saya hitung sampai tiga, kalau kamu gak kesini saya akan keluar. Satu ... " Teriak Gavril kencang.

Embusan napas kasar Azzura di iringi decakan kesal, dia mulai menyibakkan selimutnya. Kaki kanannya turun lebih dulu dari atas ranjang, tangannya sibuk mengikat rambutnya secara asal-asalan. Azzura berjalan mengambil handuk dan membawanya ke arah kamar mandi.

"Ini, Dad." Teriak Azzura kencang, Gavril membuka pintunya sedikit. Memberikan celah untuk Azzura masuk, oh bukan Azzura. Tapi tangannya.

Tangan kanan Azzura mengulurkan handuk berwarna putih itu, Gavril mengambilnya dengan cepat. Dahi Gavril mengernyit heran saat dia sudah mengambil handuknya, tapi tangan Azzura masih terulur di sana. Tak ditarik, apa yang di tunggu Azzura?

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant