Part 19

46.2K 5.3K 248
                                    

Azzura berjalan memasuki sebuah toko kue, dia berniat membelikan Melisya sebuah cake yang menurutnya banyak disukai anak-anak. Kata Gavril tadi malam Melisya menyukai makanan manis, dan cake termasuk makanan manis. Jadi, membawa sebuah cake bukanlah ide yang buruk.

"Zura?" panggil seseorang di belakang Azzura.

Azzura menoleh, dia melihat Dewa dan juga Adzani tengah berdiri di belakangnya dengan senyum manis. Azzura menatap mereka berdua bergantin, senyum Dewa dan Adzani yang belum luntur membuat Azzura ikut tersenyum.

"Lagi cari apa?" tanya Azzura di iringi senyum manis masih menemani bibirnya.

Perasaanya sudah biasa saja saat melihat Dewa. Walaupun di sana juga ada Adzani, tapi dia seperti melihat temannya pergi dengan kekasihnya. Sudah tak sesakit dulu. Padahal dulu dia mendengar Dewa akan menembak Adzani saja rasanya sangat sakit. Mungkin dia sudah benar-benar melupakan Dewa. Tapi, apakah secepat itu?

"Mau nyari kue ulang Tahun buat Mama mertua." Jawab Dewa dengan kekehan pelan. Azzura tertawa dan mengangguk.

"Lo nyari kue ulang Tahun sendiri, Ra?" tanya Dewa saat melihat Azzura memilih sebuah kue di dalam lemari kaca.

"Enggak, lagi nyariin cake buat anaknya doi." Sahut Azzura tanpa sadar.

Dewa menatap Azzura dengan wajah terkejut. Dia tak mengira selera seorang Azzura om-om. Padahal lelaki yang lebih muda dan seusia Azzura banyak yang menyukai gadis tersebut. Bahkan disekolahnya saja banyak yang suka dengan Azzura, dulu mereka tak berani mendekati Azzura karena berpikir Dewa adalah kekasih Azzura.

"Lo pacaran sama Om-om?" tanya Dewa terkejut.

Azzura mematung mendengar pertanyaan Dewa, dia menghembuskan napasnya pelan sebelum mengangguk dan tersenyum manis. Dewa melihat anggukan Azzura semakin syok. Walaupun Azzura juga tak sadar akan ucapan sebelumnya, tapi semua sudah terlanjur jadi iya saja. Lagipula Azzura memang sedang dekat dengan om-om.

"Ra, cowok seumuran lo banyak yang suka sama lo. Kalaupun dewasa paling enggak jangan duda dan udah tua doang, Ra. Apa yang lo pikirin?" Azzura menarik napasnya panjang dan menoleh dengan senyuman miring.

"Apa urusan lo ikut campur sama kisah hidup gue? Lo kakak gue? Orang tua gue? Enggak, Wa. Lo bukan siapa-siapa gue. Jadi, gak usah sok ikut campur masalah kisah cinta gue." Balas Azzura tajam. Dia mengambil sebuah cake berbentuk Doraemon dan membawanya ke kasir tanpa berpamitan pada Dewa.

Setelah selesai membayar, Azzura hendak keluar dari toko namun langkah kakinya terhenti saat melihat Dewa masih menatapnya tepat di tempat yang sama. Azzura berjalan pelan ke arah Dewa dan tersenyum manis.

"Wa, dari sekian banyak sakit hati. Gue gak akan milih sakit hati karena seorang cowok gak bertanggung jawab lagi. Saat ada seseorang yang menawarkan kebahagiaan yang nyata, apakah gue akan menolak hanya karena usia? Apakah gue akan meninggalkannya karena statusnya? Gue lebih milih menjalin hubungan sama duda walupun beda usia tapi tak pernah sakit hati. Daripada seusia, isinya hanya sakit hati dan menyakiti mental serta batin." Ujar Azzura dengan senyum manis.

Dewa menatap Azzura tanpa berkedip, melihat wajahnya yang masih ada beberapa bekas luka. Dan juga pelipisnya yang masih di perban. Sisi hati Dewa merasakan kesakitan saat mendengar ucapan Azzura. Apakah dia sejahat itu pada Azzura? Banyak yang mengidolakan Azzura. Namun ternyata Azzura diam-diam menyukainya.

"Azzura?" panggil seseorang di ambang pintu toko. Azzura menarik napasnya panjang sebelum menoleh dengan senyuman manis.

"Dad, ini temenku." Ujar Azzura saat Gavril berdiri di sampingnya.

Gavril yang di panggil 'Dad' menegang. Biasanya Azzura memanggil dirinya dengan sebutan Om, kenapa sekarang berbeda saat ada temannya.

"Dewangga Saputra, Om." Dewa mengulurkan tangan kanannya, Gavril menatap Dewa dari atas sampai bawah. Meneliti penampilan lelaki yang pernah Azzura sukai sebelumnya.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now