Part 11

50.2K 5.7K 81
                                    


Beberapa teriakan anak kecil di sebuah taman komplek membuat gadis cantik dengan rambut di ikat separuh tertawa riang. Dia tengah menikmati semangkuk baksonya dengan pemandangan anak-anak tengah bermain dan berlarian di taman komplek. Kegiatan sore yang selalu dia lakukan sejak lama yaitu menikmati bakso, walaupun dia memakannya setiap hari. Azzura tak akan pernah bosan karena bakso Mang Yadi memang enak dan benar-benar terasa daging bukan tepung saja.

Tinggal satu suapan terakhir baksonya masuk mulut. Seseorang yang baru datang dan duduk di sampingnya membuat Azzura segera menoleh. Matanya melotot, bibir menganga serta raut wajah shock. Jangan lupakan wajahnya juga sudah memerah saat ini. Kejadian-kejadian yang sudah dia alami saat bersama Gavril membuat gadis itu benar-benar enggan bertemu dengan duda muda itu. Kejadian terakhir yang membuatnya kesal adalah basa-basinya bertanya akan kemana saat lelaki itu mengenakan peci, baju koko, serung serta sajadah tersampir di pundaknya. Kejadian yang membuatnya mencak-mencak saat malam hari ketika terus mengingatnya saat akan tidur. 

Lelaki dengan setelan baju santai tersebut tersenyum miring. Dia mendorong siku Azzura agar dia memasukkan sendok yang masih berisi bakso ke dalam mulutnya. Sangat gampang karena mulut Azzura saat ini sudah menganga. Azzura yang masih shock hanya terdiam dengan mata berkedip beberapa kali dalam tempo cepat. 

"Kamu gak pernah lihat pria tampan, Zura?" tanyanya dengan senyum meledek.

Azzura menelan baksonya bulat-bulat, tanpa di kunyah. Alhasil, Azzura tersedak. Apalagi kuah baksonya juga panas serta sangat pedas. Untungnya potongan baksonya kecil, jadi tak tersangkut di tenggorokan. 

Uhuk ... Uhuk ...

Gavril yang melihat Azzura tersedak mengulurkan sebotol air mineral yang tadi sempat dia beli. Azzura segera meraihnya dan membuka tutup botolnya dengan cepat. Hanya berselang beberapa detik, air minumnya sudah tinggal setengah. Helaan napas panjang serta tubuh yang terlihat sangat santai setelah acara tersedaknya membuat Gavril tersenyum tipis.

"Gila, mau meninggoy rasanya." Gumam Azzura pelan. Dia menepuk dadanya beberapa kali dengan lembut.

"Kamu pernah simulasi mati?"

Azzura menoleh dengan wajah horror, kenapa dia lupa kalau Gavril masih duduk manis di sampingnya. Dengan setelah kaos putih polos serta celana jins pendek. Terlihat sengat menggiurkan memang, oh bukan menggiurkan tapi mempesona. Azzura memang mengakui bahwa Gavril tampan dan menawan, dia memiliki aura yang sangat kuat dan membuatnya memiliki ciri khas. 

"Ngapain Om di sini?" tanya Azzura mengalihkan obrolan. Gavril yang tahu Azzura tengah mengalihkan topik pembicaraan tersenyum tipis, lagi.

"Menemani Melisya," jawab Gavril tanpa menatap Azzura, dia lebih memilih fokus pada anaknya yang tengah bermain kejar-kejaran dengan teman barunya.

Azzura mengangguk, dia sesekali melirik Gavril yang kini hanya diam menatap anaknya bermain. Azzura bingung harus apa, apakah memulai obrolan? Atau menanyakan hal lain. Dia memang sangat payah dalam hal basa-basi mengawali obrolan dengan lelaki semacam Gavril ini. 

"Halo? Iya, Ma. Ini Adek mau pulang." Ujar Azzura tiba-tiba. Gavril menoleh, dia melihat Azzura seperti tengah menelpon seseorang.

Azzura terlihat masih fokus pada teleponnya. Dengan mata berkedip beberapa kali, dia menatap lurus ke depan. Gavril tak terlalu mau ikut campur urusan Azzura. Tak penting juga. Dia terus mengobrol dengan ibunya mungkin. 

"Dek, dicariin juga." Ujar seseorang di belakang bangku taman.

Gavril menoleh dengan cepat, sedangkan Azzura sudah menelan ludahnya susah payah. Shit, itu suara mamanya. Dan dia masih berpura-pura tengah menelpon mamanya hanya untuk menghindari Gavril karena tak ada topik obrolan dan masih menanggung malu pada lelaki itu.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now