Part 48

36.8K 4.4K 445
                                    


Cuaca yang sangat cerah membuat Gavril tersenyum manis. Hari ini dia berencana membawa Azzura jalan-jalan, menikmati alam yang sudah lama tak dia lakukan. Azzura juga sudah semakin membaik dari kondisi hati dan fisiknya. Namun, tak ayal beberapa kali Gavril melihat Azzura termenung dengan pandangan kosong.

Untung saja saat seperti itu Gavril selalu melihatnya, jadi Gavril bisa mengajaknya mengobrol untuk membuat Azzura melupakan masalahnya. Walaupun tak yakin akan berhasil seratus persen setidaknya Gavril sudah berusaha yang terbaik untuk kekasihnya, seperti kata Psikolog waktu itu. Dia harus menyisihkan waktunya untuk menemani Azzura. Katena hanya dia yang bisa paham kondisi fisik, batin maupun mentalnya.

Lalita tengah sibuk-sibuknya mengurus surat perceraian, ketiga kakaknya sibuk mengurus pekerjaan yang nyaris terebut Ervi. Entah dimana akal sehat ayah empat anak itu, dia berusaha mati-matian merebut usaha anaknya dengan dalih itu semua ada karena modal dari dirinya.

Padahal terlihat jelas kalau usaha ketiga anaknya ada karena menyisihkan uangnya dari gaji bekerja di kantor ayahnya sendiri. Gila bukan seorang ayah tega merebut hasil jerih payah anaknya. Maka dari itu, Gavril lah yang mengurus semuanya sendiri. Dia juga tak memberitahu Lalita maupun yang lain masalah kondisi Azzura, dia tak mau membuat mereka lebih terpupuk lagi.

"Melisya gak diajak?" tanya Azzura saat sudah turun dari lantai dua. Gavril yang berdiri di ambang pintu menuju rumah boneka Melisya segera menoleh, dia menjatuhkan rokoknya yang baru dia hisap beberapa kali. Kakinya menginjak ujung rokoknya agar segera padam.

"Dia lagi ujian kenaikan kelas, kapan-kapan kalau ada waktu kita pergi bertiga." Jawab Gavril dengan senyum manis.

Langkah kaki lebarnya mendekati Azzura yang tampak cantik dan kembali segar serta ceria seperti sedia kala. Walaupun Gavril tahu kalau ini belum seberapa, setidaknya usahanya tak sia-sia. Meninggalkan pekerjaan dan fokus menemani Azzura dalam beberapa hari terakhir. Untungnya semua sahabatnya mau membantu mengurus perusahaannya, kalau tidak, entah dia harus meminta bantuan pada siapa.

"Ke pantai atau hutan? Saya ngikut, sesuai keinginan kamu."

"Pantai aja, sekalian menenangkan pikiran sebelum ujian minggu depan." Gavril mengangguk dan tersenyum sangat lembut.

Tangannya terulur untuk merangkul bahu Azzura dan mulai berjalan meninggalkan rumahnya. Mereka berencana pergi berdua, tak ada sopir maupun pengawalan. Dia benar-benar ingin menikmati waktu berdua.

Azzura duduk dengan tenang di samping Gavril, sesekali dia mengecek ponselnya. Siapa tahu sahabat ataupun saudaranya akan menghubungi dirinya. Sejak kemarin sahabatnya entah menghilang kemana, termasuk kakak dan mamanya juga. Gavril yang melihat Azzura menatap layar ponselnya tersenyum miring.

Gavril sudah meminta kakak Azzura maupun sahabatnya untuk tak menghubungi Azzura dulu. Dia berdalih kalau Azzura ingin menangkan diri, padahal Gavril menyembunyikan semua masalah ini.

"Sahabatku boleh datang ke rumah? Kalau sendiri aku suka mikir yang enggak-enggak." Ujar Azzura setelah bergelut dengan pikirannya sendiri.

Gavril terdiam sejenak sembari berpikir, apakah dia harus mengizinkan sahabat Azzura datang? Kalau tak dituruti takutnya Azzura akan semakin merasa kesepian, tapi kalau dituruti bisa saja Azzura bercerita tentang masalah yang sudah dia alami beberapa waktu lalu.

"Nanti saya minta pengawal menjemput mereka, nanti malam mereka akan tidur denganmu. Kebetulan saya ada acara." Jawab Gavril setelah lama terdiam.

Azzura tersenyum sumringah dan mengangguk, sedangkan Gavril yang melihat reaksi antusias Azzura hanya bisa tersenyum bahagia. Tangan kirinya mengusap puncak kepala Azzura dengan lembut, sedangkan tangan kanannya masih memegang kemudi.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now