Part 50

35.8K 4.6K 449
                                    

Ini gak tahu akan sesuai ekspetasi kalian atau enggak. Tapi, ya seperti ini adanya.
Selamat membaca.

~~~

Gavril menatap semakin tajam, pandangannya semakin menusuk. Kalau saja tatapan Gavril bisa melukai seseorang, sudah pasti Vernandi tewas saat itu juga. Tapi sayangnya tatapan mata Gavril tak berimbas apapun pada musuhnya. Hanya membuat lawannya takut dengan nyali semakin menciut.

"Kenapa Azzura ada di hotel?" tanya Gavril, dia berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh dari Vernandi.

"Yakin lo mau tahu? Penderitaan gue semakin dalam dengan cerita masalah gadis lo?" tanya Vernandi balik menantang.

Walaupun sekujur tubuhnya sudah penuh dengan luka, dia masih berani berbicara sangat lantang bahkan terkesan menantang Gavril. Untungnya stok sabar Gavril sangatlah tinggi, semakin bertambah usia Gavril semakin memahami kehidupan dan tak mengedepankan emosi. Dulu dia berpikir akan membunuh Vernandi meskipun itu dijalan raya, tapi saat ini lihatlah. Sosok Gavril sudah bisa mengatur kesabarannya demi tercapai keinginannya mengetahui fakta.

"Gue gak pernah menyentuh Zura sedikitpun. Lo polos atau gila? Kenapa lo gak bisa bedain mana gadis mana wanita? Walaupun gue juga gak pernah bersetubuh sama perempuan. Gue masih bisa membedakan mana gadis dan enggak, Vril!"

Gavril memicingkan matanya. Badannya membungkuk, sikunya bertumpu pada pahanya, dia semakin penasaran dengan ucapan Vernandi. Apakah benar Azzura masih gadis?

"Kenapa Zura ada di hotel? Kenapa dia telanjang? Kenapa banyak bekas memar seperti kissmark?" Tanya Gavril memberondong.

Vernandi mengerutkan alisnya sebelum tertawa dengan kencang, dia menggeleng pelan dan terkekeh. Gavril, rajanya mengembangkan usaha, berbisnis, bahkan sangat pintar membalik ucapan rekan bisnisnya agar tujuannya tercapai. Tapi mendadak bodoh hanya karena satu perempuan.

"Lo tahu alasan gue gak mau menjalin asmara sama Vellin dari awal? Gue gak mau gila kayak lo, Vril. Gue bisa bebas melakukan apapun di usaha gue, bersikap keras, tak berperasaan, bahkan membunuh orang demi majunya usaha gue. Gue gak mau punya perasaan lemah karena wanita saat mengembangkan usaha gue. Gue udah memperhitungkan semuanya, Vril. Semuanya! Gue juga gak mungkin memacari gadis yang masih SMP!"

"Saya tak bertanya tentang masa lalu mu dengan Vellin."

"Gue bukan orang yang tepat buat lo tanyain masalah di hotel, walaupun gue bajingan, walaupun gue keparat seperti kata lo. Tapi gue gak sejahat itu dengan mengambil kegadisan seseorang, apalagi saat dia tak sadar."

"Vina?" tanya Gavril pelan. Vernandi terkekeh pelan, sesekali dia meringis saat merasakan perih di bibirnya.

Hantaman keras dari tangan anak buah Gavril bukan main sakitnya. Sepertinya anak buah Gavril memukul dengan kencang mewakili dendam sang majikan.

"Lo cerita, atau penderitaan lo semakin terasa saat ini?" tanya Gavril. Dia kembali duduk dengan tegak, dua pengawalnya berdiri dibelakang tubuh Gavril sembari memang tongkat baseball. Sedangkan Gavril sudah menodongkan pistol tepat mengarah di dahi Vernandi.

Flashback ...

"Angkat, Ver." Perintah perempuan dewasa dengan baju sangat seksi didepannya.

"Gue udah bilang gak mau menyentuh perempuan selain orang yang gue cintai!"  teriaknya sangat kencang, tak sekali dua kali dia berkata seperti itu pada Vina.

Vina berdecih pelan sebelum meminta adiknya menyeret tubuh Azzura. Nensi melepaskan kaca mata hitamnya sebelum menarik kedua tangan Azzura menuju mobil, mereka menyeret Azzura dengan sangat mudah. Bahkan beberapa kali kepala Azzura terbentur batu Nensi masih tetap menariknya tanpa peduli apakah Azzura akan terluka atau tidak.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now