Part 53

35K 4.2K 328
                                    

Azzura duduk didalam helikopter yang dia yakini milik Gavril. Dia memegang tangan Gavril dengan erat, agak takut ketinggian sebenarnya. Tapi, demi sebuah kebahagiaan dia masih sanggup menahan getaran dikaki dan tubuhnya.

Gavril tersenyum manis dan menatap Azzura, dia tak berbicara sama sekali. Lebih memilih menikmati wajah cantik Azzura dari samping. Wajah yang terlihat begitu cantik dan mempesona bagi siapapun yang menatap wajah Azzura sangat lekat.

"Kita mau kemana?" tanya Azzura berteriak.

"Nanti kamu akan tahu, lihat pemandangan saja. Sebentar lagi akan keluar dari wilayah pemukiman warga." Sahut Gavril berteriak juga. Azzura hanya mengangguk karena benar, kini mereka melewati sebuah hutan-hutan.

Dia agak ngeri kalau sampai tak sengaja menabrak sesuatu yang suka terbang di malam hari, sesuatu yang sangat identik dengan hal mistis. Tanpa dijelaskan panjang lebar pasti setiap orang sudah tahu apa yabg dimaksud Azzura.

Sampai, tiga puluh menit mereka berputar-putar di udara. Tatapan matanya tak sengaja mengarah pada lapangan yang begitu luas. Tatapan matanya berbinar dengan kepala menggeleng pelan.

"Beruntung banget ceweknya," gumam Azzura pelan, dia masih terpesona dengan tulisan yang sangat dia yakini berasal dari lilin kecil-kecil yang disusun menjadi sebuah tulisan.

"Apa, Zura?" tanya Gavril saat mendengar gumaman Azzura, dia mendengar dengan jelas sebetulnya tapi dia hanya ingin memastikan apakah ucapan Azzura benar atau tidak.

Azzura menoleh, dia menunjuk lapangan yang terlihat dari atas dengan jari telunjuknya. Matanya menyipit menatap Gavril, sedangkan bibirnya menyunggingkan senyum sangat manis.

"Beruntung banget ceweknya, kalau aku mungkin udah salto." Teriak Azzura sangat kencang. Gavril tersenyum miring dan mengangguk pelan, Azzura ikut tersenyum dan kembali menatap lapangan dengan nyala terang dari lilin tersebut.

"Baca yang kencang, Ra. Saya gak bisa lihat dari sini, saya juga mau tahu." Bisik Gavril, Azzura menoleh lalu mengernyitkan dahinya. Namun, dia juga menuruti ucapan Gavril. Dia berdeham pelan sebelum membaca bentuk tulisan dari lilin.

"Will you marry me, Baby?" Azzura membaca sangat lantang.

Dia masih tersenyum menatap lilin dengan bentuk kata seperti itu, pasti perempuan yang dilamar seperti itu akan langsung berkata iya tanpa berpikir dua kali. Andai Gavril seromantis itu, sudah pasti dia akan semakin jatuh cinta dengan lelakinya.

"Will you marry me, Baby?" bisikan pelan dari arah belakangnya membuat Azzura segera menoleh.

Raut wajah terkejut dengan bibir menganga tak membuat Gavril melunturkan senyumnya. Lelaki tiga puluh satu Tahun itu duduk agak miring kearah Azzura, kedua tangannya memegang kotak dengan cincin didalamnya. Sorot mata yang teduh dan memabukkan membuat Azzura kesulitan mengatur napasnya. Dia benar-benar dibuat tak percaya dengan semua ini.

Azzura mengedipkan matanya dalam tempo cepat, dia masih sangat shock. Kedua tangannya menutup bibirnya, dengan kepala menggeleng pelan. Jantungnya berdegup begitu kencang. Apakah ini nyata? Atau hanya haluan dirinya? Memang dia suka berkhayal tentang hal-hal romantis. Kalau sampai ini hanya haluannya saja, dia akan loncat dari helikopter ini.

"Hah?"

Senyum manis yang awalnya bertengger dibibir Gavril kini berubah menjadi satu garis lurus. Tak adakah kata lain selain 'hah' dalam acara lamaran? Dia juga tak tahu bagaimana cara berpikir Azzura. Bukankah tindakan Gavril sudah menunjukkan kearah melamar? Tapi kenapa Azzura masih bingung?

"Kamu mau kan menjadi ibu dari Melisya dan ibu dari anak-anak kita kelak? Menjadi pendamping hidup saya dalam susah dan senang, menjadi seseorang yang selalu saya prioritaskan dalam hidup ini. Menjadi gadis pertama yang saya cintai dengan sangat tulus setelah sekian lama? Kamu mau kan berbagi hidupmu selamanya dengan saya?"

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now