Part 17

45.8K 5.2K 110
                                    


Azzura duduk dengan gelisah di ruang tamu rumahnya sendiri, setelah selesai berobat memang Gavril langsung membawa Azzura pulang. Dia tak mau terjadi hal-hal yang lain lagi dengan Azzura. Kondisi gadis itu juga sangat tak memungkinkan untuk diajak jalan-jalan.

"Loh? Kamu kenapa?" tanya Lalita yang baru datang, Gavril yang tengah membukakan bungkus obat Azzura mendongak. Dia tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

Lalita menaikan sebelah alisnya, lumayan membingungkan melihat tubuh Azzura yang terluka dengan tetangganya juga yang ada di sana. Apalagi terlihat Gavril seperti tengah menjaga anaknya.

"Tadi pulang sekolah dipukul sama orang yang gak dikenal, Ma. Aku tersungkur sampai kayak gini." Lalita melotot mendengar aduan dari Azzura.

Dia melempar tas kerjanya ke sembarang arah, berlari dan duduk di samping Azzura. Menatap setiap inci luka Azzura. Mulai dari pelipis yang diperban, pipi yang penuh dengan goresan berwarna memerah. Bahkan nyaris terlihat setengah dari wajah Azzura terluka karena benturan.

"Ya Allah, Nak. Kamu inget mukanya? Biar Mama bunuh dia." Teriak Lalita murka.

"Dia mukulnya dari belakang, pakai balok kayaknya. Soalnya kerasanya kayak dihantam benda besar gitu." Lalita semakin naik pitam mendengar ucapan Azzura.

"Terus yang di pukul apa kamu? Coba Mama lihat,"

Azzura membalikkan badannya dan memunggungi mamanya. Dia membuka kemeja sekolahnya dan terlihat luka berwarna biru memanjang di ujung bahu sampai tengah punggungnya. Gavril yang melihat itu sontak menundukkan pandangannya.

"Tante, saya masih disini." Tegur Gavril pelan.

Lalita menoleh dengan cepat, sedangkan Azzura menutup bahunya dengan gerakan pelan. Dia juga tak bisa banyak bergerak, masalah malu bisa di urus belakangan. Yang paling penting lukanya tak terlalu nyeri saat ini.

"Kamu nolong Zura?"

"Iya, Om Gavril yang nolong aku dan bawa aku berobat." Sahut Azzura cepat. Lalita mengangguk dan menatap Gavril dengan senyum manis.

"Makasih, Gavril. Semoga Allah membalas semua kebaikan kamu,"

"Aamiin, Tante." Sahut Gavril pelan.

Gavril sudah membuka semua obat Azzura, dia menaruhnya di atas piring sebelum berdiri dan duduk di samping Azzura. Gavril melirik Azzura sejenak dengan senyum tipis.

"Buka mulutnya," perintah Gavril dengan nada lembut. Azzura patuh dan membuka mulutnya, lidahnya dia keluarkan untuk menerima uluran obat dari Gavril.

Lalita yang melihat itu tersenyum manis, sepertinya bukan Inka yang akan dijodohkan dengan Gavril. Tapi Azzura. Karena melihat bagaimana perhatian Gavril, terlihat lelaki tersebut menyayangi Azzura.

"Mama ganti baju dulu, ya." Pamit Lalita sembari berdiri dari duduknya dengan senyum tertahan.

Azzura hanya bergumam karena di dalam mulutnya ada air minum. Gavril mengangguk dan tersenyum manis, dia tak mungkin berwajah datar pada Lalita, calon mertua.

"Masih sakit?" tanya Gavril pelan.

"Ya masihlah, kan baru aja tadi kepukulnya. Kalau udah seminggu yang lalu, baru tanya sakit apa enggak." Kesal Azzura. Sedangkan Gavril sudah terkekeh pelan.

"Sepertinya sudah sembuh," bisiknya pelan.

Azzura memutar bola matanya malas, menjebak ternyata. Dasar duda menyebalkan. Gavril hanya tersenyum menatap wajah kesal Azzura.

~~~

19.00

Ervi menaiki anak tangga rumahnya dengan cepat, mendengar anaknya dipukul seseorang yang tak dikenal dan juga memiliki luka lumayan parah Ervi segera memesan tiket pesawat untuk pulang. Dia sedang ada perjalanan bisnis keluar kota dan sudah berjalan sekitar lima hari.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now