Part 25

49.7K 5K 250
                                    


Wajah sayu Azzura yang tengah duduk di bangku kantin membuat kedua sahabatnya saling pandang dan berdeham pelan. Sedari tadi pagi Azzura terlihat tak mood melakukan segala hal, bahkan gurunya menerangkan saja Azzura tak memperhatikan sama sekali.

"Lo kenapa, Ra?" tanya Ica yang sudah sangat penasaran.

"Menurut kalian gue salah gak sih kalau cemburu sama mantan istrinya Daddy?" tanya Azzura berbisik.

"Daddy siapa? Lo dapet om-om baru?" tanya Syifa cepat. Ica mengangguk membenarkan ucapan sahabatnya, namun lemparan sedotan bekas Azzura minum membuat Syifa melotot.

"Mata lo dapet Om baru, gue manggil Om Gavril sekarang jadi Daddy." Jawab Azzura pelan, dia tak mau orang lain mendengar obrolannya dengan kedua sahabatnya.

Setelah kejadian Azzura bertemu Nensi di mall saja gosip sangat panas sudah menyebar ke seluruh sekolah. Dan gosip baru akan di mulai saat mendengar obrolan Azzura dengan kedua temannya, maka dari itu Azzura lebih baik bicara bisik-bisik.

"Berasa sugar Baby gak lo?" tanya Ica dengan kekehan pelan. Azzura tersenyum miring sebelum mengangguk.

Memang dia merasa seperti sugar baby saat mengingat bagaimana hubungannya dengan Gavril. Apalagi Gavril juga bersikap sangat manis, ATM yang waktu itu di berikan Gavril juga masih dibawa Azzura. Gavril berkata itu khusus untuk Azzura, untuk uang jajan katanya.

Tapi saldo di dalam ATM itu bukan main-main, Azzura yang notabennya sudah kaya sejak lahir saja sampai melongo melihat Gavril memberinya uang jajan segitu banyaknya. Jadi, dia akan puas chekout semua belanjaan onlinenya. Tak takut di marahi Lalita lagi karena terlalu boros, kalau dia tak boros saat ini. Gavril akan merasa terhina karena uang yang dia berikan tak dipakai. Lumayan licik memang pemikiran Azzura.

"Ngomong-ngomong masalah cemburu, menurut gue wajar sih. Lagian kita juga gak bisa mengontrol itu semua, tapi ya jangan terlalu berlebihan juga, Ra. Ngerti gak sih maksud gue?" tanya Syifa yang bingung dengan omongannya sendiri. Azzura mengangguk dan tersenyum.

Dia tahu porsi cemburunya seperti apa, tak terlalu berlebihan menurutnya. Karena yang dia uring-uringi hanya Gavril. Azzura tak menyangkal kalau apa yang dia lakukan salah, biar bagaimanapun pasti Gavril dan mantan istrinya seperti itu.

Azzura juga tahu kalau dia menerima Gavril resikonya ya cemburu dengan orang yang dulu bersamanya. Itu resiko saat dia menjalin kisah dengan seorang duda.

"Terus jawaban Om Gavril waktu itu gimana?"

"Ya gitu, Ca. Dia nenangin gue dan bilang kalau masalah itu, dia bisa melakukannya sama gue kapan aja. Tapi dia gak mau karena menjaga gue, dia berpikir kalau orang tua sama kakak gue ngejaga gue banget. Eh baru kenal dia sebentar udah di rusak. Dia gak mau buat image buruk di mata keluarga gue." Jelas Azzura sembari mengingat suara serak serta berat milik Gavril kemarin.

"Bagus dong, daripada cowok yang gak bertanggung jawab nyentuh cewek seenaknya sendiri. Baru juga pacaran, seolah-olah udah kayak bininya."

"Lo curhat, Ca?" tanya Azzura menggoda, Ica berdecih pelan sebelum mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

"Halo, Jalang." Ujar seseorang di belakang tubuh Azzura.

Tanpa menolehpun Azzura sudah tahu siapa gadis itu, di sekolahnya tak ada yang begitu berani dengan dirinya. Bahkan kakak kelasnya juga tak berani pada Azzura, walaupun mereka semua orang dari kalangan berada. Tapi saat mengingat kekasih Santosa sepupu Azzura mereka minder dengan sendirinya.

Kekasih sepupunya saja lelaki sesukses Santosa, pasti kekayaan mereka tak main-main dan tak dapat di bandingkan dengan anak lain yang sekolah di sana.

"Halo, manusia gak tahu diri." Balas Azzura tak kalah pelan.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now