Part 13

47.9K 5K 187
                                    


Kekaguman Azzura pada ruangan Gavril membuat lelaki tiga puluh satu Tahun tersebut tersenyum miring. Dia berjalan lebih dulu dan duduk di sofa ruangannya. Sedangkan Azzura masih menatap seluruh isi ruangan Gavril. Melihat keterkaguman Azzura Gavril hanya menatap gadis itu dengan senyum tertahan, jangan sampai senyumnya terbit hanya karena gadis ingusan seperti Azzura.

"Duduk dimana pun kamu mau. Tapi, jangan pernah menyentuh buku maupun dokumen di belakang meja saya." Tutur Gavril sembari berjalan mendekat ke arah Azzura.

Azzura yang baru tersadar segera mengangguk dengan patuh, memang dia akan menolak? Membantah dan mengacaukan ruangan Gavril? Itu semua sangat tidak mungkin. Dia tahu batasan seorang tamu. Dan juga, dia tak tahu mana berkas penting dan tidak kalau sampai berkas pentingnya kenapa-napa. Pasti Gavril tak akan melepaskannya begitu saja.

"Om, gak pakai jas? Inikan di ruangan, gak ada yang akan melihat paha aku juga." Tutur Azzura polos, dia menatap jas yang masih melingkar di pinggangnya.

Gavril menghembuskan napas panjang sembari menatap badan Azzura dari atas sampai bawah. Dia tak habis pikir dengan gadis itu, padahal sudah tahu kalau roknya terlalu pendek. Tapi tak ada inisiatif membeli bahan rok baru dan membuatnya yang lumayan panjang.

"Nanti saya hubungi Santosa, biar dia nyiapin rok panjang buat kamu. Kamu sudah besar loh, Ra. Walaupun benar pikiran kotor lelaki itu bukan hanya karena pakaian wanita yang minim, pakaian dress panjang pun kalau pikiran lelakinya bejat. Tetap saja akan terjadi hal buruk. Tapi, kalau bisa menghindari ya hindari, Ra." Tutur Gavril sangat lembut.

Azzura merasa jika Gavril yang sekarang adalah sosok Gavril saat menjadi ayah. Mungkin, karena sifat dan sikap Gavril yang baik dan lembutlah yang membuat Melisya menjadi gadis sepintar sekarang. Tapi belum tentu juga itu semua sifat asli Gavril.

"Aku ngomong ke Kak San sendiri aja. Makasih udah merhatiin aku, Om." Jawab Azzura sendu.

"Ya sudah, kamu duduk sana. Nanti saya minta OB untuk mengantar makanan dan camilan agar kamu tak bosan." Tutur Gavril, tangannya mengusap puncak kepala Azzura dengan lembut.

"Sama minumnya juga, seret kalau makan doang gak minum." Kekeh Azzura pelan.

Gavril tersenyum miring dan mengangguk, saat melihat Azzura sudah berjalan memasuki ruangannya. Baru lah dia pergi meninggalkan gadis muda tersebut. Entah kenapa dia senang saat ada Azzura di dekatnya, padahal sebelumnya dia selalu menolak saat ada gadis yang mendekat.

Bahkan, saat mamanya membolehkannya dengan anak temannya yang sudah janda. Gavril dengan terang-terangan menolak tanpa pikir dua kali. Entah apa yang di pikirkan Gavril sampai tertarik dengan remaja jompo macam Azzura. Padahal kalau di pikir-pikir dia menikah dengan janda juga bukan sesuatu yang salah karena statusnya sendiri juga duda. 

"Mbak, di suruh nganter ini sama Pak Gavril." Ujar seseorang yang berdiri di ambang pintu.

Azzura yang tengah bermain ponsel dengan posisi tubuh rebahan segera bangun dan tersenyum manis. Dia tamu di sini, kenapa seakan-akan dia adalah bos. Memang tak tahu diri.

"Banyak banget," gumam Azzura saat melihat beberapa OB yang baru datang juga membawa makanan dan camilan.

Om Gavril.

Om, makanannya gak kebanyakan?
Mana abis aku.

Azzura masih fokus pada berbagai jenis makanan yang ada di meja. Semua nyaris ada mulai dari kentang goreng, ayam crispy, donat, bolu, banana nugget, dan masih banyak lagi. Bahkan dia bingung harus mulai makan darimana. Semua terasa nikmat dan memanggil namanya untuk minta dimakan.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now