Part 40

44.7K 4.7K 362
                                    


Angin sepoi-sepoi disebuah cafe yang ada di bawah kaki gunung membuat udara semakin terasa dingin. Seperti gadis cantik dengan kaos berwarna putih lengan pendek serta celana panjang berwarna pink muda. Bulu kuduknya sekarang sudah berdiri, bahkan sesekali tangannya mengusap lengannya yang tak tertutup apapun.

Semua gerak-gerik gadis itu tak lepas dari pandangan lelaki dewasa yang kini tengah meeting bersama beberapa rekan bisnisnya. Tatapan matanya yang teduh namun terkesan menusuk membuat gadis itu berusaha menghindari tatapan mata lelaki itu. Sesekali dia juga menelan ludahnya susah payah.

Mata Azzura membelalak saat melihat Gavril berdiri dari duduknya dan berpamitan pada rekan-rekannya. Napasnya sudah tak beraturan saat ini. Ini pertama kalinya dia dan Gavril memperlihatkan hubungannya pada rekan kerja Gavril.

"Apakah kamu tak tahu kalau udara dibawah gunung itu dingin, Nona Azzura?" tanya Gavril datar dan menusuk. Azzura tertawa pelan dan menggeleng.

Dia tahu, tapi tak berpikir kalau Gavril akan bertemu rekan-rekannya di cafe outdoor seperti sekarang. Dia mengira Gavril akan meeting di cafe dalam ruangan, atau bahkan menyewa sebuah ruangan hanya untuk meeting. Tapi ternyata Azzura salah, Gavril memilih tempat seperti ini. Di sebuah cafe lantai dua dan outdoor, dengan pemandangan gunung yang ada didepannya terlihat begitu jelas.

Gavril melepaskan jas kerjanya, dan memakaikannya pada tubuh Azzura. Melisya yang melihat itu tersenyum manis. Dia seperti melihat Daddy dan mamanya saat ini.

"Daddy gak kedinginan?" tanya Azzura pelan, sembari memperbaiki posisi jasnya. Kepalanya mendongak menatap Gavril dengan mata berbinar.

"Kamu jangan khawatirkan saya, Zura. Saya lebih bisa menjaga diri dari kamu." Jawab Gavril pelan, jari telunjuknya menekan dahi Azzura dengan gerakan begitu pelan.

"Sombong," ejek Azzura.

Gavril tersenyum miring, dia berdiri dengan tegak dan melepaskan dasi, dua kancing kemeja paling atasnya juga. Setelah selesai, dia menggulung lengan kemejanya sampai siku. Tatapan matanya tak beralih dari wajah memerah Azzura, ditatap lelaki setampan Gavril membuat jantung Azzura berkerja tak normal seperti biasanya.

Tangan kanan Gavril menarik kursi Azzura agar menghadapnya, dia melirik Melisya sejenak untuk memastikan apakah anaknya melihat tindakannya atau tidak. Ternyata Melisya terlalu fokus pada kentang gorengnya. Gavril menyeringai, dia memegang kedua bantalan kursi dan mencondongkan tubuhnya kedepan. Wajahnya dan wajah Azzura hanya berjarak beberapa centi saja. Azzura sudah menelan ludahnya susah payah saat embusan napas hangat Gavril menerpa wajahnya.

"Saya bisa memastikan bisa menjaga diri sendiri karena apa? Saya tahu lelaki adalah tempatnya berlindung seorang perempuan, kalau dia tak bisa menjaga dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia menjaga orang yang dia cintai dan perlu dia lindungi, Azzura Aquilla Ginervia." Bisik Gavril sangat pelan, tatapan matanya menyorot tepat di bola mata berwarna coklat milik Azzura.

Azzura tak dapat mengalihkan pandangannya saat ditatap begitu intens oleh Gavril. Seakan dunianya hanya berputar pada tatapan mata duda satu anak itu. Sekuat itu pesona Gavril, dan bagaimana bisa dia menolak pesona seorang Gavril. Walaupun diluar sana banyak lelaki yang lebih muda bahkan lebih tampan. Tapi, tak ada yang memiliki pesona sekuat dudanya ini menurut Azzura. Bucin memang.

"Vril, lanjut meeting atau lanjut ke kamar nih?" teriak Bachtiar dari tempat duduknya.

Gavril menoleh, dia mengangkat tangannya dan memberi tanda oke pada Bachtiar. Dia melirik sebentar ke arah pengunjung cafe, ternyata semua orang kini tengah memperhatikan dirinya dan Azzura. Senyum miring Gavril terukir sembari kembali menatap Azzura.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now