Part 49

33.2K 4.2K 431
                                    

Maaf kalau ada typo atau kata kurang jelas, harap tandai.
Selamat membaca.

~~~

Pukul sepuluh malam, Azzura berjalan mengendap-endap keluar kamar. Sedari tadi pulang dari pantai dia tak mau ditinggal sama sekali oleh Gavril. Kemanapun Gavril pergi Azzura selalu ikut, terkecuali kamar mandi. Dia tak mungkin mengikuti Gavril sampai masuk kamar mandi. Azzura sangat ingin tahu kemana Gavril akan pergi, selepas mereka mengobrol di bibir pantai dan memutuskan untuk makan. Gavril sering mendapatkan panggilan entah dari siapa Azzura juga tak tahu.

Dan saat ini, Azzura tengah berdiri dibelakang guci besar yang ada diruang tamu. Dia menunduk saat melihat Gavril menghentikan langkah kakinya, sepertinya Gavril memiliki kepekaan luar biasa pada daerah sekitarnya. Azzura sesekali mengintip untuk memastikan apakah Gavril sudah kembali berjalan atau masih berdiri ditempat yang sama? Dan ternyata lelaki itu sudah kembali melangkahkan kakinya keluar rumah.

Azzura menarik napasnya sangat panjang sebelum kembali berjalan mengikuti Gavril. Dari awal Azzura memang berencana mengikuti Gavril, dia hanya ingin tahu kemana kekasihnya akan pergi. Apakah menemui perempuan lain atau ada hal lainnya. Kalau sampai menemui perempuan lain, lihat sana nanti.

"Jaga Azzura, saya akan kembali sebelum pukul tiga dini hari." Ujar Gavril sebelum memasuki mobil jeepnya. Azzura menaikan sebelah alisnya, berapa banyak kendaraan yang Gavril punya? Lelaki itu selalu gonta-ganti mobil saat berada dirumah ini.

Setiap pergi berdua Gavril akan menaiki mobil sport, saat bersama Melisya lebih memilih mobil keluarga, saat berangkat ke kantor Gavril menaiki Civic, jeep, dan yang paling langganan adalah Rubicon. Dia juga tak ingat berapa mobil yang pernah Gavril beli, karena sebelah rumah yang dia tempati saat ini kata pembantunya ada bangunan besar yang ternyata garasi milik Gavril.

"Waktu yang tepat, Bestie." Gumam Azzura saat melihat mobil CRV putih berhenti didepan gerbang rumah Gavril.

Azzura berdeham pelan dan berjalan sangat santai keluar dari persembunyiannya, dia menatap beberapa pengawal yang tengah menatapnya juga. Tatapan pengawal Gavril yang cukup mengerikan tak membuat hati Azzura bergetar sama sekali, justru dia tersenyum manis dan mendekati lelaki yang sedang bergerombol itu.

"Pak, Daddy kemana? Aku cari dikamar kok gak ada?" tanya Azzura basa-basi.

"Sedang keluar, Tuan besar ada urusan, Nona. Apakah anda butuh sesuatu?"

Azzura berkedip beberapa kali sebelum mengangguk dengan cepat. Otaknya harus bekerja cepat kalau tak mau tertinggal Gavril, dia yakin Gavril belum pergi terlalu jauh.

"Mau minta tolong. Tadi dikamarku ada kecoa, aku takut sama kecoa. Bisa tolong dibunuh gak?"

"Bisa, mari, Nona." Ajak pengawalnya saat melihat Azzura masih berdiri di ujung tangga paling bawah didepan rumah Gavril.

"Kalian duluan saja. Itu ada temanku mau nginep katanya, sebagai tuan rumah yang baik harusnya menjemput tamu, kan?"

Para pengawal Gavril saling pandang sebelum mengangguk. Azzura tersenyum miring sebelum berjalan meninggalkan pengawal yang selalu menjaganya kemanapun dia pergi. Saat sampai di gerbang, dia menoleh menatap pengawal untuk meminta dibukakan pintu gerbang.

"Kok keluar, Non?" tanya pengawal dengan heran.

"Mau beli sate dulu, aku mau makan sate." Alibi Azzura saat melihat wajah heran pengawalnya.

Karena yang diberi peringatan agar menjaga Azzura hanya pengawalnya, bukan semua pegawai dirumahnya. Jadi pengawal depan iya-iya saja. Bahkan lelaki muda itu meminta Azzura untuk hati-hati.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now