Extra Part 2 (Tamat)

50.7K 4.2K 606
                                    

"Mau kopi, Mas?" Azzura berdiri diambang pintu ruang kerja Gavril dengan dress yang belum dia ganti setelah pergi dengan Gavril tadi.

Lebih tepatnya, mereka mengantar Melisya kerumah Melati. Tak mungkin Gavril tega pada anaknya membiarkan bocah itu pergi sendiri dengan Melati. Apalagi ucapan Melati didepan lift membuat Gavril was-was kalau sampai Melisya bertanya macam-macam dan Melati menanggapinya.

"Boleh," sahut Gavril tanpa menatap Azzura.

Perempuan itu mengangguk dan mulai meninggalkan Gavril, dia bejalan kearah lift untuk turun kedapur utama. Dirumah Gavril ada dua dapur, pertama dapur bersih hanya untuk membuat kopi, kue atau masakan ringan lainnya. Sedangkan yang kedua dapur kotor untuk masak besar atau yang ribet.

"Gulanya berapa, ya? Banyak gak sih?" tanya Azzura pada dirinya sendiri.

Dia menggoyangkan beberapa kali sendok yang dia pakai untuk mengambil gula sembari berpikir. Apakah Gavril suka manis atau tidak, jika dilihat dari penampilan dan sifatnya. Sepertinya lelaki seperti Gavril suka kopi pahit, tapi belum tentu juga karena buktinya Gavril mencari istri yang begitu manis seperti dirinya.

"Dua sendok kali ya? Atau satu? Atau kopi murni gue kasih senyuman biar manisnya pas. Gue kan manisnya gak berlebihan gak kurang juga." Azzura terkekeh sendiri saat sadar ucapan tak masuk akalnya keluar begitu saja.

"Kopi hitam tanpa gula, tanpa madu, tanpa pemanis apapun. Hanya perlu senyum istri Mas saja sudah cukup membuat kopinya terasa manis." Tukas Gavril yang baru datang dan memeluk Azzura dari belakang.

"Mas?"

Gavril menumpukan dagunya di pundak Azzura, menikmati aroma wangi dari tubuh istrinya. Sungguh gila jika dia selalu merasa kalau parfum Azzura adalah wewangian terbaik yang pernah dia cium sebelumnya. Bahkan parfum Vellin dulu yang harganya sangat tak masuk akal kalah dengan parfum Azzura, bukan wangi yang menusuk hidung. Tapi lebih kearah membuat candu dan betah berlama-lama menghirupnya dengan cara memeluk pemilik parfum itu. Agak modus memang.

"Hem? Kenapa? Gak suka Mas peluk?" tanya Gavril pelan. Bahkan terkesan berbisik.

Glek, Azzura menelan ludahnya susah payah. Godaan malam jum'at sungguh berat ternyata. Namun Azzura berusaha tak acuh dengan keberadaan Gavril yang sangat menempel pada dirinya. Dia kembali menuangkan air panas dari termos kedalam cangkir kecil yang biasa Gavril gunakan untuk minum kopi.

"Udah selesai, lepas dulu pelukannya."

"Masih betah,"

"Tadi kan udah,"

"Kapan?" tanya Gavril tak terima. Rasa-rasanya setelah akad dan resepsi mereka tak berpelukan cukup lama, kecuali saat Gavril mendapatkan pelepasannya dia memeluk Azzura dari belakang didalam bathtup tadi siang.

Memikirkan hal itu, pipi Azzura kembali bersemu. Hal gila pertama yang Gavril lakukan adalah berhubungan untuk pertama kalinya dengan Azzura di bak mandi dialiri air hangat dengan aroma lavender kegemaran Azzura. Selain itu kata Gavril tadi ...

"Kamu suka?" bisik Gavril pelan saat kaki jenjang Azzura memasuki bathtup menyusul Gavril yang sudah berendam.

Azzura mengangguk dan tersenyum manis, dia memasuki bathtup sembari menyanggul rambutnya asal-asalan. Dia tak mau rambutnya basah, walaupun dia merasa rambutnya sudah lumayan lepek. Tapi dia tetap tak mau keramas, lebih baik nanti setelah acara resepsi saja sekalian.

Gavril tersenyum manis saat Azzura duduk berhadapan dengannya disisi lain bathtup. Gavril tersenyum manis menatap istrinya yang terlihat begitu cantik tanpa riasan apapun.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now