Part 31

42.9K 5.5K 444
                                    

Di dalam kelas, Azzura selalu menatap layar ponselnya. Dia tengah menunggu Gavril menghubunginya. Sejak minggu sore sampai sekarang hari senin pukul sebelas siang. Belum ada notifikasi pesan dari Gavril.

"Zura! Gawat!" Teriak Ica yang baru masuk kelas. Azzura mendongak dan menaikan sebelah alisnya. 

"Om Gavril lagi ke Lombok, 'kan?" tanya Ica dengan napas memburu. Azzura mengangguk ragu-ragu, padahal dia tak bercerita apapun dengan Ica maupun Syifa. Tapi, darimana dua sahabatnya tahu kalau Gavril berada diluar kota?

"Kakaknya si cabe keriting itu juga ke Lombok, lo tahu apa yang gue pikirin?" Azzura terdiam beberapa saat dengan tatapan mata kosong. Dia mengira Gavril tak membawa Vina. 

"Om Gavril gak mungkin tertarik sama keluarga cabai busuk gitu, Ra." Ujar Syifa sembari mengusap punggung sahabatnya dengan pelan. 

Syifa berusaha menenangkan Azzura yang kini terlihat begitu syok. Mungkin, bukan hanya Azzura yang akan syok saat tahu kekasihnya tengah pergi bersama seorang perempuan. Dan perempuan tersebut terang-terangan memperlihatkan rasa sukanya pada Gavril. 

Azzura menarik napasnya dalam, dia berusaha mengatur emosi dan perasaannya, jangan sampai dia menghancurkan kelas ini hanya karena masalah cemburu yang belum terbukti kebenarannya.

"Lo kata siapa, Ca?"

"Si Nenek lampir itu, dia tadi bilang sama gue suruh nyampein ke elo. Biar elo siap-siap move on, karena setelah pulang dari lombok belum tentu lo mau menerima Om Gavril lagi,"

Azzura menggigit bibir bawahnya pelan, otaknya berusaha bekerja dengan keras untuk memahami ucapan Nensi. 

"Cih, gue udah berusaha diam dan sabar beberapa waktu lalu. Tapi kalau setelah ini dia masih cari gara-gara sama gue. Gak akan ada kata ampun, jangan anggap remeh diamnya seekor singa." 

Syifa dan Ica menelan ludahnya susah payah, gumaman Azzura begitu mengerikan. Dia belum pernah melihat Azzura yang seperti ini. Biasanya dia lemah lembut kini terlihat begitu menahan amarah yang besar.

Di sisi lain, Gavril tengah duduk di pinggiran pantai bersama teman-temannya. Menikmati pemandangan laut biru yang jarang dilihat, karena terlalu sibuk bekerja Gavril sampai melupakan kapan terakhir dia berlibur.

"Lo udah izin sama Azzura?" tanya Edward sembari meminum tequilanya.

"Belum, hpnya masih belum mau nyala." Sahut Gavril, dia juga menikmati minumannya ditemani sebatang rokok seperti biasa.

"Pakai hp gue dulu nih. Kalau Azzura kepikiran bahaya, lo gak konsentrasi kerjanya." Tio mengulurkan ponselnya. Gavril tersenyum tipis dan mengangguk.

Dia berdiri dari duduknya dan menghisap rokoknya sekali sebelum membuangnya. Teman-teman Gavril yang melihat betapa bucinnya Gavril pada Azzura terkekeh pelan. Mereka tak tahu apa yang sudah Azzura beri untuk Gavril sampai dia seperti itu.

"Halo? Sape nih? Mau nipu saya, ya? Maaf sebelumnya, saya ini orang gak punya. Mending dimatiin teleponnya, ngabisin pulsa aja gak ada untungnya." Cerocos Azzura cepat. Padahal Gavril belum mengucapkan satu patah katapun.

"Halo, Sayang. Ini saya Gavril." Ujar Gavril dengan kekehan pelan.

Dia duduk diatas kursi yang berada lumayan jauh posisinya dengan temannya. Dia memang memilih tempat yang sepi, mengutamakan privasi itu lebih penting.

"Daddy i miss u,"

"Miss u too, Baby. Maaf ya sedari tadi malam saya gak ada kabar. Ponsel saya gak tahu kenapa tiba-tiba mati, ini mau nyari counter juga masih meeting. Jauh dari kota, Sayang." Jelas Gavril dengan nada sangat lembut. Azzura terdengar tengah berdecak di seberang telepon.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang