Part 12

47.8K 5.3K 71
                                    


Udara dingin di tambah hujan yang terus turun sepanjang malam membuat gadis cantik yang tengah menyisir rambutnya terkikik geli. Entah apa yang dia rencanakan, atau apa yang sudah dia lakukan. Yang jelas gadis tersebut terlihat begitu senang. Bahkan luka di kakinya tak dia hiraukan sama sekali.

"Masih cantik," gumamnya sembari menyemprotkan parfum dileher, pergelangan tangan serta bajunya.

Azzura meraih jaket berwarna biru laut yang baru dia beli beberapa hari yang lalu. Dan itu mengakibatkan perselisihan dengan Lalita, karena nyaris setiap hari satpamnya selalu memberikan paket untuk Lalita. Itu semua memang sudah di atur oleh Lalita. Paket yang masuk rumah harus melewati Lalita dulu, kecuali milik tiga anak lelakinya karena menurut Lalita mereka sudah besar jadi tahu mana yang perlu dan tidak. Tak seperti Azzura yang beli semaunya saat melihat berang lucu. Kebutuhan tidak perlu, beli barang lucu nomor satu. Itu prinsipnya.

"Cute juga. Bolehlah harga segitu." Gumam Azzura pelan, dia memutarkan tubuhnya di depan kaca untuk melihat bagaimana bentukan tubuhnya saat memakai jaket.

Azzura berjalan keluar kamar untuk turun, senandung pelan menemaninya menuruni anak tangga. Wajahnya masih berseri seperti biasa, bahkan sangat berseri hari ini karena memiliki jaket baru. Saat sampai di lantai bawah, Azzura tak melihat batang hidung keluarganya. Apa mungkin keluarganya sudah berangkat semua? Kalau iya, kenapa berangkat pagi sekali.

"Mbok, udah berangkat semua?" tanya Azzura saat melihat pembantunya tengah membereskan meja makan.

"Sudah, Non. Katanya banyak kerjaan, Non Azzura disuruh sarapan dulu sebelum berangkat sekolah." Jawabnya dengan senyum manis.

Azzura hanya mengangguk, sarapan bersama keluarga adalah wacana yang tak akan pernah terwujud dalam list keseharian Azzura. Dia hanya dapat tersenyum miring sebelum membalikkan piring keramik yang sudah di siapkan. Kalaupun ada juga hanya bisa terhitung dengan jari saja.

"Non, Ibu sama Bapak kerja juga buat Non Azzura. Buat masa depannya Non Azzura." Tutur pembantunya yang kini sudah duduk di samping Azzura.

Azzura mengangguk, dia memasukkan sendok berisi nasi goreng kedalam mulutnya. Air matanya menetes tanpa di minta, dia berusaha menahan isakannya. Walaupun sangat sulit. Sepertinya dia harus menjadi lebih kuat untuk dirinya sendiri.

"Udah ya, Mbok. Aku berangkat dulu." Pamit Azzura. Pembantunya yang sudah bekerja lama untuk keluarga Azzura hanya mengangguk dan tersenyum lembut.

~~~

Azzura berjalan meninggalkan rumahnya dengan kaki lumayan pincang, dia akan naik bus lagi untuk saat ini. Motornya entah kenapa tak mau jalan dari kemarin setelah dia di tabrak dari arah belakang, dan dia juga tak memberitahu siapapun. Biarkan saja motornya rusak. Dia sudah bosan dengan motor matic berwarna pink tersebut. Kalau bisa dia ingin ganti motor, kalau tidak naik bus juga bukan hal yang salah. Bisa lebih cepat sampai rumah.

"Zura?" panggil seseorang yang hendak masuk kedalam mobilnya.

Azzura segera menoleh, dia tersenyum dan mengangguk pelan. Lelaki dewasa tersebut merasa ada yang tak beres pada Azzura. Dia mendekat ke arah tetangganya dan melihat air mata terus mengalir dari ujung mata gadis itu.

"Kamu kenapa?" tanya Gavril sembari memegang kedua pundak Azzura.

"Gak apa-apa, kok Om ngurusin urusan orang?" Balas Azzura dengan suara tersendat.

"Selalu saja kamu begitu," decak Gavril kesal.

Azzura terkekeh pelan, memang saat ini dia tak ingin adu mulut dulu dengan Gavril. Pikirannya terlalu kacau saat ini. Dia lebih memilih untuk melanjutkan langkah kakinya yang sedikit lagi keluar gerbang komplek dan menyebrang jalan sedikit saja sudah sampai di halte bus.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt