Part 60

42.5K 4.6K 689
                                    


"Anak Mama sangat cantik," ujar seorang wanita paruh baya dengan dress panjang membalut tubuhnya. Dia berjalan mendekat kearah anaknya yang sedang duduk didepan kaca besar, wajahnya sudah ber-makeup untuk acara akad nikah nanti. Akad nikah yang akan berlangsung dalam beberapa jam lagi.

"Mama," sahutnya dengan wajah murung. Lalita menaikan sebelah alisnya saat melihat ekspresi tak senang Azzura.

"Kenapa?" tanya Lalita sembari duduk dikursi sebelah Azzura.

Azzura menghela napas panjang, dia melirik penata rambut yang ada dibelakangnya. Lalita sangat mengerti anaknya memberi isyarat pada penata rambut untuk keluar sebentar.

"Aku tiba-tiba kepikiran hal yang enggak-enggak, Ma."

Lalita menarik napasnya panjang sebelum menyunggingkan senyum sangat manis. Tangannya menarik jemari anaknya untuk digenggam, ibu jarinya membelai punggung tangan Azzura begitu lembut.

"Rasa ragu saat akan menikah itu pasti ada, kepikiran hal yang gak seharusnya dipikirkan juga pasti ada. Tapi coba menelisik lebih dalam di hatimu sendiri bagaimana kamu memulai semua hubungan ini, hal apa yang sudah kalian jalani sampai dititik ini. Jangan sampai seribu hal bahagia yang akan mendatangi kamu nantinya gagal ada karena godaan setan. Lebih baik kamu beristigfar yang banyak, minta sama Allah agar semua yang akan kamu lalui ada di jalan yang benar." Senyum Lalita membuat Azzura ikut tersenyum.

Walaupun hanya senyum sangat tipis, setidaknya Lalita tahu kalau anaknya memang masih memikirkan hal tadi tapi tak terlalu berat. Lalita mengangguk dan tersenyum semakin manis.

"Udah gak usah terlalu memikirkan hal gak penting, ini hari bahagiamu, Nak. Kisahmu happy ending, Nak."

"Tak pernah ada kisah happy ending sebelum kematian itu tiba, Ma. Selama seseorang masih bernapas, masalah dan hal buruk pasti akan ada. Bukan karena Azzura menikah jadi kisah ini happy ending, Mama lupa setelah menikah Azzura juga masih bernapas, masih akan menghadapi masalah yang tak pernah Azzura bayangkan sebelumnya. Azzura hanya membuka lembaran baru dari status gadis ke istri orang."

Azzura tersenyum manis menatap Mamanya, terlihat wanita paruh baya itu menitihkan air matanya. Hatinya teriris saat mendengar penuturan Azzura, tak pernah ada kisah happy ending selama seseorang itu masih bernapas. Berakhir menikah bukan berarti kisah hidupnya berakhir bahagia. Dia sendiri contohnya, dulu dia mengira kisahnya berakhir bahagia karena menikah dengan Ervi. Tapi, lihatlah akhirnya. Mereka bercerai, padahal dulu dia selalu mengira kisahnya happy ending.

"Sudah, gak usah sedih-sedih. Kamu sudah memilih jalan yang benar, kamu tak salah menikah dengan Gavril."

"Ma, wali nikah Azzura tetap Papa?" tanya Azzura setelah mereka lama terdiam. Lalita yang sedang meneliti riasan wajah Azzura mematung.

Dia hanya bisa mengangguk dan tersenyum, walaupun saat ini dia juga sedang menyiapkan mental untuk duduk bersanding di pelaminan menemani anaknya bersama mantan suaminya. Apakah dia akan sanggup melihat lelaki yang dulu sangat dia cintai duduk bersamanya, namun dengan status yang berbeda. Mereka hanya mantan suami istri yang bersatu untuk membahagiakan anaknya.

"Papa masih hidup, jadi beliau yang akan jadi wali. Kamu satu-satunya anak gadis Mama dan Papa. Jadi, kita mengusahakan hal terbaik dihari bahagiamu."

"Bagaimana perasaan Mama? Melihat Papa datang bersama perempuan lain di acara nikahan ku?"

"Mama baik-baik saja, kita mantan suami istri, iya. Tapi bukan mantan Papa dan Mama untukmu." Sahut Lalita dengan kekehan pelan.

Lalita berusaha sibuk menata bulu mata Azzura yang turun sebelah, padahal sebenarnya dia sedang mengalihkan pikiran dan perasaan kacaunya. Dia hanya tak ingin melihat anak gadisnya merasakan sakit hati yang sama, biar bagaimanapun ikatan ibu dan anak sangatlah kuat.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now