Part 43

38.5K 4.9K 389
                                    

Di part sebelumnya, mungkin ada yang terbawa perasaan ataupun sebagian tulisan saya mengingatkan kalian pada sebuah luka lama maupun luka yang belum kering sepenuhnya. Saya hanya ingin berkata. Kalian semua hebat sudah bisa melewati semua ini, dan semoga kebahagiaan menanti kalian setelah badai itu.
Oh ya, saya menulisnya ditemani lagi Dancing With Your Ghost milik Sasha Alex Sloan. Mungkin ada yang mau baca sambil dengerinnya lagu itu, sangat disarankan sih ini.
Selamat membaca untuk kalian.

~~~

Kepulan asap yang keluar dari bibir Gavril membuat tiga lelaki yang baru datang tersenyum miring. Ternyata benar Gavril mencintai adiknya, terbukti dari dia yang tetap mau menerima adiknya bahkan menyediakan tempat tinggal dikondisi keluarganya yang seperti ini.

"Rokok?" tawar Gavril tanpa menoleh kearah saudara Azzura.

Mereka berjalan perlahan mendekati Gavril dan ikut duduk di bangku taman belakang rumah tiga lantai milik Gavril. Tiga bersaudara itu sering melihat rumah ini saat melewati jalan menuju kantornya, tapi mereka tak pernah mengira kalau rumah ini milik Gavril.

"Kenapa milih tinggal di komplek, Kak? Padahal punya rumah kayak gini." Tanya Alvi memperhatikan kesekelilingnya.

Gavril tersenyum miring sembari menghisap ujung rokoknya. Dia menatap Alvi dan menggeleng pelan dia juga tak tahu kenapa tiba-tiba ingin tinggal di komplek yang sama dengan Azzura. Padahal saat membeli rumah itu mereka juga belum saling kenal, mereka kenal setelah satu minggu Gavril tinggal di sana.

"Gak tahu  juga, rumah itu sebenarnya mau dibeli teman saya. Cuma pacarnya gak mau katanya kurang cocok, kurang luas dan lain-lain. Tapi temen saya sudah terlanjur suka, akhirnya saya beli dulu jadi kapan-kapan kalau teman saya itu mau menempati tak perlu berdebat dengan pemilik rumah yang baru. Bisa nego sama saya, atau bisa langsung ditempati saat saya sudah bosan." Jelas Gavril panjang lebar.

Alvi mengangguk-anggukan kepalanya pelan tanda paham, jadi sebenarnya Gavril tak niat membeli rumah itu. Tapi siapa sangka yang awalnya tak niat justru membawa kabar baik untuk hatinya. Apalagi kalau bukan menemukan pawang baru untuk hatinya yang sudah lama tak berpenghuni bahkan nyaris mati. Kalau diibaratkan bunga, mungkin hati Gavril sama seperti bunga yang sudah kering dan sangat butuh siraman air untuk tetap hidup. Sama seperti hatinya yang butuh siraman cinta dari seseorang.

"Saya awalnya juga tak niat menempati, cuma mau beli saja. Tapi, anak saya ngotot pengen tinggal disana karena nuansa komplek itu yang sangat asri membuat dia betah. Mau tak mau saya menurutinya, dia hanya ingin tinggal di rumah baru. Bukan ingin hal yang aneh-aneh ataupun susah saya wujudkan." Imbuh Gavril diiringi kekehan pelan.

Ketiga saudara Azzura tersenyum, mereka berpikir Gavril memang kelebihan uang yang sangat banyak. Beli rumah saja seperti beli permen. Mereka sebenarnya juga mampu kalau untuk membeli rumah yang tergolong mewah, tapi tak sebanyak rumah Gavril tentunya. Namun, waktu itu Lalita masih menahannya dan berkata.

"Kembangkan dulu usahanya, buka cabang baru buat usahanya. Kita harus bisa berdiri di kaki kita sendiri, Nak. Masalah rumah bisa dibeli nanti kalau waktunya sudah tiba."

Dan ... Ya, ucapan Lalita tak saah sedikitpun bahkan tak melenceng sedikitpun. Terbukti kini mereka akan mencari rumah untuk di huni. Mereka tak menyangka akan secepat ini hal yang sudah sangat mereka hindari ternyata benar-benar terjadi. Tapi kembali lagi pada kuasa yang di atas. Mereka manusia hanya mampu menjalani dan berserah diri, tapi tetap dengan usaha yang maksimal.

Pelet Cinta Pak Duda (Open PO) Where stories live. Discover now